Saturday, July 9, 2016

Pembunuhan di India Picu Kerusuhan di Kongo

Jumaat, 8 Julai 2016
 
JITET Ilustrasi Pembunuhan

KISHASA   - Para peniaga keturunan India di Kinshasa, Kongo, Jumaat (8/7/2016), terpaksa tinggal di dalam rumah dan dicekam ketakutan setelah kekerasan melanda kota itu.

Aksi kekerasan itu dipicu berita pembunuhan seorang perempuan Kongo di kota Hyderabad, wilayah utara India.

Berita pembunuhan wanita Kongo itu direspon warga permukiman kumuh Kinshasa  dengan aksi serangan terhadap berbagai tempat perniagaan milik warga keturunan India.

Berdasarkan berita yang beredar di media sosial, sejumlah media cetak India, Rabu (6/7/2016), melaporkan bahawa seorang lelaki India membunuh isterinya, Cynthia Vechel kerana dituduh berselingkuh.

Setelah membunuh, pria India itu kemudian memotong-motong tubuh istrinya  yang asal Kongo tersebut untuk menutupi jejak kejahatannya.

Pada Khamis pagi, di bundaran Ngaba yang terletak di salah satu daerah termiskin di Kinshasa, warga melempari toko-toko milik warga India dengan menggunakan batu dan mencuba membunuh pemiliknya.

"Kami ingin membalaskan dendam saudari kami," kata seorang pedagang kaki lima yang hanya mengaku bernama Rodrigue.

Seperti banyak negara di Afrika, sebahagian besar sektor eceran di Kongo terutama pakaian, kosmetik dan peralatan elektronik didominasi para pedagang keturunan India.

Bukan kali ini saja sentimen anti-warga keturunan India terjadi di Kongo. Pada Mei lalu kerusuhan terjadi setelah pembunuhan seorang guru asal Kongo oleh tiga warga India di New Delhi.

Namun sebahagian warga Kongo mengatakan, insiden minggu ini terjadi kerana ketidakpastian politik dan buruknya kondisi ekonomi.

"Ini semua kesalahan pemerintah yang tidak peduli dengan rakyat mereka sendiri," kata David, seorang warga Kinshasa.

"Jika mereka tetap berkuasa, mereka harus memikirkan rakyat, tapi nyatanya  mereka tak memikirkan rakyat. Kondisi kami sangat buruk, inflasi tinggi dan anggaran dipotong," tambah David.

Presiden Joseph Kabila, yang berkuasa sejak 2001, diyakini sedang berusaha mengubah perlembagaan untuk menjawat penggal ketiga kalinya setelah masa jabatan penggal keduanya   berakhir tahun ini.
Sumber: KOMPAS.com

No comments:

Post a Comment