Wednesday, March 8, 2017

Cucu Ikut Menghantar Nenek-nenek Bersekolah untuk Pertama Kalinya. Wah ! Bravo

Rabu, 8 Mac 2017
 
Danish Siddiqui- Para perempuan lanjut usia atau nenek-nenek ini sedang mengikuti kelas di Aajibaichi Shaala (Sekolah Nenek) di desa Phangane, India, pada 15 Februari 2017. (Foto: Dokumentasi) 
 
PHANGANE, KOMPAS.com — Mereka mengenakan seragam sekolah dan masing-masing membawa sebuah beg jinjing yang berisi papan tulis kecil dan kapur tulis.

Di dalam ruangan sekolah mereka dengan antusias belajar membaca alfabet.
Uniknya, mereka bukan anak-anak kecil, melainkan nenek-nenek warga India yang berumur antara 60 sampai 90 tahun.
Wanita-wanita itu tidak sempat belajar menulis dan membaca ketika masih muda, kerana pendidikan hanya diutamakan bagi anak laki-laki.
Tapi kini, perempuan-perempuan itu, kebanyakan sudah menjadi janda, boleh meraih cita-cita mereka sejak kecil untuk mengenal huruf.

“Saya tidak pernah sekolah ketika masih kecil, tapi kini saya senang boleh belajar bersama kawan-kawan saya,” kata Gulab Kedar (62), sambil tersenyum lebar.
Ia dan kawan-kawan sekelasnya mengenakan pakaian sari berwarna merah jambu.

Sekolah untuk nenek-nenek itu pada Rabu (8/3/2017) ini memperingati ulang tahunnya yang pertama, bersamaan dengan Hari Wanita Sedunia.
Setiap hari, ke-29 wanita-wanita itu berjalan kaki dari rumah mereka di desa Phangane, di Daerah Maharashtra, India, ke sekolah untuk wanita lanjut usia yang tidak jauh dari sana.

Cucu-cucu mereka ikut menghantarkan ke sekolah. Dari jam dua petang sampai jam empat mereka duduk bersila di lantai kelas yang dialas dengan tikar bambu.
Guru mereka, Sheetal More yang berusia 30 tahun, mengajar mereka membaca dan berlatih menulis nama mereka dengan kapur di atas papan tulis kecil. Mereka juga belajar ilmu hitung sederhana.

Wanita-wanita itu punya cerita yang hampir sama.
Ketika masih kecil sampai gadis mereka tinggal di rumah membantu ibu-ibu mereka mengurus keluarga, sementara saudara laki-laki mereka pergi ke sekolah.

Setelah berkahwin, mereka harus mengurus rumah dan keluarga masing-masing, sehingga tidak pernah ada kesempatan untuk belajar menulis dan membaca.
Meskipun usia legal untuk berkahwin bagi perempuan di India adalah 18 tahun, hampir setengah perempuan di sana berkahwin lebih muda bahkan sampai sekarang, menurut badan PBB untuk anak-anak, UNICEF.

India memberlakukan Undang-Undang Hak Atas Pendidikan pada 2009, memberikan anak-anak dari keluarga miskin dan tidak beruntung lainnya hak atas pendidikan wajib yang percuma sampai usia 14.

Perdana Menteri Narendra Modi telah memprioritikan pendidikan untuk anak perempuan dalam kempen yang dilancarkan pada 2015 yang berjudul, 'Beti bachao, beti padhao' (Selamatkan Anak Perempuan, Edukasi Anak Perempuan).
Anusuya Kokedar (65) mengatakan ia tidak bersekolah ketika masih kecil.
"Senang rasanya duduk dengan perempuan-perempuan lanjut usi lainnya di desa ini dan belajar. Saya boleh menulis tanda tangan sekarang, dan membaca serta menulis sedikit. Rasanya menyenangkan," kata dia

No comments:

Post a Comment