19/04/2017
ALEPPO - Desa Fuaa dan Kafraya di Syria
menjadi saksi tentang pembantaian paling mengerikan, pada akhir minggu
lalu. Kisahnya pun menjadi isu kemanusiaan yang paling menyentuh kalbu.
Sedikitnya 128 orang terbunuh akibat bom yang meluluh lantakkan
iring-iringan bas pengungsi, dengan sebahagian besar korban adalah
kanak-kanak tak berdosa.
Seorang pewarta foto, Abd Alkader Habak, selain menghasilkan
karya-karya yang mengharukan dan menggugah rasa prihatin, ia juga
terlibat dalam aksi penyelamatan atas inisiatif sendiri.
Hatinya terenyuh dan terpanggil ketika mendengar teriakan histeria
para korban, mayat yang berserakan, dan kanak-kanak yang meregang nyawa terkapar
di depannya.
Habak berada daerah konflik Syria,
negara yang dilanda perang saudara, ketika ia menyaksikan tragedi
kemanusiaan tepat di depan matanya di Fuaa dan Kafraya, dua desa yang
dikuasai oposisi.
Ia melepaskan kameranya, lalu berlari menyelamatkan orang-orang, para korban ledakan bom pada iring-iringan bas pengungsi Syria.
Namun, apa yang ia temukan dekat bas-bas itu adalah ramai orang
yang terbunuh. Seluruhnya 128 orang meninggal , ratusan orang lagi menderita
luka-luka.
Para korban umumnya kanak-kanak yang sedang proses evakuasi dari Fuaa dan Kafraya, Alepp, Syria utara. Habak melihat banyak orang meninggal dan sekarat.
Habak pengsan beberapa saat akibat terkena imbas ledakan.
"Situasinya sangat mengerikan, apalagi menyaksikan kanak-kanak yang
mengerang kesakitan dan sekarat di depanmu," kenang Habak.
Itu adalah momen paling memilukan bagi Habak. Ia menangis sedih
ketika melihat ada begitu banyak anak telah meregang nyawanya akibat
serangan bom.
"Jadi saya dan rakan-rakan saya memutuskan meletakkan kamera kami dan mulai membantu para korban," kata Habak lagi.
Ia berhasil mengevakuasi seorang kanak-kanak berusia tujuh tahun dan
membawanya ke ambulans terdekat. Diperkirakan, 128 orang terbunuh dan
sebahagian besar adalah kanak-kanak.
Dia sempat terpental oleh ledakan bom, namun ia bangkit dan mulai menyelamatkan orang-orang yang terluka.
Sebuah foto yang mengharubiru menunjukkan dia menangis dalam kondisi
berlutut di samping mayat seorang anak, yang sebelumnya ia mencuba untuk
menyelamatkannya.
Anak itu adalah salah satu dari 68 kanak-kanak yang maut dalam bom kereta bunuh diri yang mengguncang bas pengungsi dari Fuaa dan Kafraya,
dua desa di Syria utara.
Dia memeriksa anak yang pertama, ternyata sudah tidak bernyawa lagi.
Dia pun berlari menuju korban yang nazak, namun orang-orang memberi
tahunya anak-anak itu sudah meninggal.
Apa yang dia temukan justru anak itu masih bernafas dan langsung
membopongnya menuju tempat yang selamat, dan kemudian berlari lagi menuju
ambulans.
"Anak ini memegang erat tanganku dan menatapku," kenangnya, sambil berharap anak itu masih selamat saat tiba di rumah sakit.
Sumber:Kompas.com/bunuh.com
No comments:
Post a Comment