Tuesday, June 20, 2017

Terpaksa Hancurkan Kota Marawi, Presiden Duterte Minta Maaf

20/6/17

Presiden Rodrigo Duterte menghibur isteri seorang personel marine yang gugur dalam pertempuran di Marawi menghadapi militan Maute. Sejauh ini sudah 58 tentera Filipina maut dalam baku tembak di Marawi.(TED ALJIBE / AFP )
 
ILIGAN   - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta maaf kerana terpaksa melakukan serangan militer ke Kota Marawi, hingga kota berpenduduk mayoriti Muslim itu menjadi reruntuhan.
Duterte mengaku tindakan itu harus dilakukan demi menghancurkan kelompok teroris yang mengaku berkiblat ke gerombolan teroris Negara Islam di Irak dan Syria (ISIS), yang bersarang di sana. 

Selain itu, Duterte juga menyebut, serangan udara yang didukung Amerika Syarikat di Marawi akan berlanjut.
Sebab, konflik di wilayah selatan negara itu sudah memasuki minggu kelima, tanpa tanda akan berakhir. Selain itu, jumlah korban pun dilaporkan telah bertambah hingga 370 orang.

"Saya sangat, sangat, sangat menyesal bahwa ini terjadi. Semoga segera Anda akan segera menemukan kata maaf di dalam hati Anda untuk tentara dan pemerintahan saya, dan bahkan untuk saya."
Demikian kalimat yang meluncur dari mulut Duterte dalam sebuah pidato di sebuah pusat evakuasi di Iligan, di dekat Kota Marawi, Selasa (20/6/2017).

Iligan menjadi tempat penampungan bagi warga sipil yang berhasil melarikan diri dari kepungan teroris di Marawi
Pertempuran itu telah mengubah wajah Marawi dari pusat perdagangan yang ramai menjadi kota yang mirip dengan wilayah perang di Irak atau Suriah.

Konflik ini berawal saat ratusan anggota teroris melambai-lambaikan bendera hitam ISIS, dan mulai mengamuk di Marawi pada tanggal 23 Mei lalu.
Mereka mulai membakar kota dan menyandera warga-warga sipil, terutama yang beragama Kristen. 

Tak lama berselang, Duterte segera memberlakukan darurat militer di seluruh wilayah selatan Mindanao.
Dia meyakini, serangan tersebut merupakan awal dari sebuah usaha ISISI untuk menetapkan kekhalifahan di Filipina.
Militer Filipina pun diterjunkan dengan pesawat dan helikopter untuk meledakkan posisi musuh.

Sementara, AS memberikan bantuan dalam serangan udara yang dilakukan dengan risiko menghantam warga sipil dan tentara Filipina sendiri. 
Pengeboman tersebut terjadi, setelah para teroris tetap bersembunyi dengan berlindung di ruang-ruang bawah tanah anti-bom dan bergerak melalui terowongan.

Ratusan warga sipil masih diyakini terjebak di daerah yang dikuasai militan, data tersebut dilansir pihak pemerintah, dan juga pekerja bantuan.

Duterte mengatakan, pasukan darat akan kalah dalam pertempuran jika bertempur tanpa dukungan udara.
"Militer mengatakan jika kita tidak menggunakannya (bom), kita akan terseret lebih dalam lagi, kita akan selesai," kata Duterte.
"Jika kita tidak menggunakannya, tentara kita semua akan terbunuh."

Beberapa jam sebelum Duterte berbicara, pesawat Philippine OV-10 Bronco terlihat melakukan serangan ke Marawi, diikuti oleh ledakan yang memekakkan telinga.
Enam puluh dua tentara tewas dalam konflik tersebut, termasuk 10 orang tewas dalam sebuah pengeboman. 

Telah tercatat, tiga polisi dan 26 warga sipil yang juga sekarat dalam konflik tersebut, dengan 19 warga meninggal karena penyakit di kamp-kamp pengungsian.
Pemerintah telah melaporkan, 258 teroris terbunuh, termasuk seorang Chechnya, seorang Libya, Malaysia, dan orang asing lainnya.

Menurut pihak berwenang, pemimpin utama militan, termasuk seorang Filipina yang menjadi buronan paling dicari Pemerintah AS, masih berada di Marawi.
Sumber: KOMPAS.com

1 comment:

  1. adakah benar pengganas2 itu membunuh orang2 kristian di marawi ...????

    ReplyDelete