Saturday, July 8, 2017

Pelancung Cantik Maut di "Pulau Maut" Thailand

8/7/17
Elise Dallemange ditemukan tewas mengenaskan di sebuah pulau wisata Thailand.
Elise Dallemange 
BRUSSELS - Seorang ibu, Michele van Egten, warga Belgium, hingga kini terus mempersoalkan sikap polis  Thailand yang terkesan menutup-nutupi penyebab kematian puterinya, Elise Dallemange (30), di sebuah pulau pelancungan Thailand.

Bahkan hingga Khamis (6/7/2017), Michele tidak yakin anak gadisnya meninggal  kerana gantung diri di pulau Koh Tao, destinasi utama bagi para pelancong backpackertermasuk puterinya. 

Semula dilaporkan, Elise, pelancung backpacker yang cantik itu ditemui meninggal dalam keadaan menyedihkan di hutan Koh Tao, salah satu daerah destinasi utama wisata Thailand. Sebahagian jasadnya telah dimakan bengkarung.
Pulau itu juga digelar sebagai “pulau kematian” atau "pulau maut" kerana sudah enam pelancung asing sebelumnya juga meninggal di pulau yang angker tersebut, demikian laporan media Inggeris, Mirror.

Polis  Thailand mengatakan, wanita muda asal Belgium itu ditemui dalam kondisi sudah meninggal dan "separuh (jasadnya) telah dimakan bengkarung" setelah dia menggantung dirinya di Koh Tao.
Namun, Michele van Egten, ibu gadis malang itu tidak begitu saja mempercayai laporan polisa Thailand yang menyebut puterinya, Elise Dallemange (30), meninggal kerana gantung diri.

Sebab, menurut penduduk lokal, maya puterinya telah ditemukan di celah-selah batu di pinggir pantai Tanote Bay.

Elise semula dilaporkan meninggal gantung diri hutan di pulau Koh Tao. Peristiwa itu terjadi delapan hari setelah dia memberitahu  ibunya bahwa ia akan segera pulang ke Belgium.
Kematian Elise merupakan kes terbaru di Koh Tao, destinasi paling popular bagi para pelancong backpacker. Dia merupakan pelancung asing ketujuh yang meninggal dalam tiga tahun terakhir di sana.

Si backpacker muda itu tinggal di sebuah tempat peristirahatan yoga dan tantra, yang berdekatan dengan pulau Koh Phangan, selama dua tahun.
Elise adalah pengikut aliran Sathya Sai Baba, dan tinggal dengan seseorang yang memproklamirkan diri sebagai "guru", dan meninggalkan Koh Tao pada 17 April untuk kembali ke Belgium.

Michele kini menyatakan bahwa dia tidak mempercayai laporan kejadian menurut versi polis .
Kematian tersebut tampaknya disembunyikan pihak keselamatan Thailand,  yang memang ingin menutupi kerana sudah banyak orang asing meninggal di pusat wisata negeri "Gajah Putih" itu.

Menurut sumber jurnalistik yang dekat dengan kes ini mengatakan bahwa mereka berada di bawah tekanan untuk tidak mempublikasikan cerita semacam itu, demikian menurut Mirror.
Michele mengatakan,"Saya tidak percaya apa yang telah dikatakan polis  kepada kami. Kami khuatir ada orang lain yang terlibat.”
"Kami semakin berfikir bahwa informasi polis  bukanlah penjelasan yang tepat."

Ibu mengatakan kepada majalah Der Farang bahwa dia telah dijanjikan akan mendapat laporan hasil otopsi,  namun masih belum disampaikan.
Catatan telepon menunjukkan bahwa Elise menelipon ibunya melalui Skype pada 17 April sebelum berangkat dengan feri pada 19 April.

Namun, tidak diketahui mengapa Elise turun di Koh Tao dan bukannya melanjutkan perjalanan ke daratan Thailand.
Michele mendakwa bahwa Elise menggunakan nama palsu "Elise Dubuis" ketika tiba di Triple B Bungalows, seberang dermaga di Koh Tao, ketika ia melintasi pulau itu dengan feri yang akan membawanya ke Chumphon dalam perjalanan menunju Bangkok.

Namun, sebuah api yang tak diketahui asalnya, membakar tiga pondok bambu, termasuk satu yang pernah digunakan Elise.
Gadis itu pun lari sejauh 2.5 km melalui hutan menuju Tanote Bay dan mengambil sebuah kamar di Poseidon Resort di mana ia kemudian memesan tiket pulang ke Bangkok pada 24 April.

Kebelakangan, penduduk lokal yang tinggal di dekat pulau Tanote  menemukan jasad Elise dengan kondisi menyedihkan di antara batu-batu di belakang Tanote Family Bay Resort, pada 27 Mei.
Penduduk mengatakan, mereka melihat kadal memakan tubuh korban. Saat ditemukan, separuh jasad gadis itu telah habis gerogoti kadal.
Bedah siasat dilakukan di Rumah Sakit Surat Thani dan kemudian oleh Institute of Forensic Medicine Police Hospital, Bangkok, dan Elise dikremasi 14 hari kemudian.

Namun, hasil bedah siasat tak pernah diberikan kepada ibunya.
"Terlalu banyak hal yang menunjukkan kepada kita bahwa seseorang terlibat. Polis  mengatakan kepada kita bahwa Elise menggantung dirinya di hutan, saya tidak dapat menerima mengapa anak perempuan saya bunuh diri.”

"Dia normal saja dalam percakapan terakhir dan tidak ada tanda-tanda depresi. Mengapa dia memesan tiket ke Bangkok dan kemudian pergi ke hutan untuk bunuh diri?”

"Saya hancur kerana kejadian ini, saya masih menunggu laporan bedah siasat terakhir, kami hanya menginginkan lebih banyak informasi tentang Elise”.
"Puteri saya telah bepergian meninggalkan ibunya selama dua setengah tahun, di India, Australia, dan New Zealand, dan selalu kembali lagi ke Thailand.”
"Dia tinggal di sana selama berbulan-bulan dengan Guru Raaman Andreas dari Jerman dan dua teman wanita."
Michele mengatakan, dia tidak pernah mendapat foto puterinya yang tergantung di pohon sesuai dakwaan polis  – tindakan biasa yang seharusnya dilakukan petugas untuk memotret TKP.

Michele kini bekerja dengan seorang penyiasat   Jerman untuk menghimpun informasi dari penduduk lokal di Koh Tao, yang menemukan mayat Elise untuk memastikan di mana dia digantung.
Namun dipersulit oleh polis  di Koh Tao. “Masih banyak pertanyaan yang belum terpecahkan,” kata Michele yang meminta keterangan dari Raaman Andreas.

Seorang anggota polis  di Koh Tao mengatakan,  bahwa tidak ada pertanyaan lagi untuk dijawab terkait dengan kematian Elise Dallemange.


The death on Koh Tao occurred in April but was only made public on Thursday
Sumber: KOMPAS.com

No comments:

Post a Comment