Dia Algojo Khadafi, Dia Diperkosa
Sebagai anggota pasukan algojo, ia dipaksa membunuh 11 orang. Ia juga diperkosa.
Kamis, 1 September 2011
"Salah satu dari mereka memiliki rambut wajah seperti ini (membuat bentuk janggot di sekitar mulutnya)," katanya mengingat wajah seorang lelaki muda yang ia tembak mati.
Sebagai anggota pasukan algolo, Nisreen telah membunuh paling kurang 11 orang tahanan rejim Ghadafi. "Setiap eksekusi, ada seseorang di kedua sisi saya dan satu belakang. Mereka mengatakan jika saya tidak menembak, mereka yang akan menembak saya."
Dalam keadaan terancam, Nisreen merasa tak punya pilihan lain selain mengarahkan pistol ke sasaran dan menarik picu pistol dalam genggamannya. "Setiap kali menembak, aku akan memutar kepalaku menjauh. Tak lama kemudian, aku melihat darah menitis dan terus mengalir membasahi lantai," katanya terbatas-batas.
Menjadi pasukan algojo bukan pilihannya. Ia diambil paksa dari rumah ibunya kira-kira satu tahun lalu. Ia dibawa ke sebuah tempat terisolasi yang tak memungkinkannya berhubungan dengan dunia luar, termasuk keluarganya. Di penampungan militer perempuan itu, ia dilatih memegang senjata.
Ketika pemberontakan anti-Ghadafi pecah Februari lalu, ia dipanggil pimpinannya yang juga seorang wanita. Ia diminta menemui seorang komandan brigade. Dan di sana, ia diperkosa. "Aku menjerit, tapi sia-sia," katanya. "Aku bahkan dipanggil lagi dan diperkosa dua kali oleh komandan lain."
"Ketika aku melihatnya, aku berfikir bahawa dia nampak seperti anak kecil. Wajahnya begitu muda, polos, benar-benar tidak bersalah," kata salah seorang doktor di rumah sakit Tripoli, Nadia Benyounis, yang perihatin mendengar kisah hidup Nisreen. "Dia kehilangan hidupnya."
Benyounis mengatakan kehidupan Nisreen telah dirompak. Martabat, harga diri, dan keluarganya lenyap. Ia bahkan dimanipulasi sebagai pembunuh. "Dia diam sepanjang waktu." kata Benyounis. "Saya perhatikan, dia mencuba untuk tidur sepanjang waktu untuk melarikan diri dari kenyataan ini."
Di tengah derita itu, Nisreen mendapat khabar bahawa ibunya yang tengah sakit kanser sedang mendapat pengubatan di Tunisia. Nisreen bahkan sempat bicara melalui sambungan telepon. "Ibuku sangat sedih. Yang saya inginkan ketika ini hanya pulang. Aku ingin bertemu ibuku."
VIVAnews -
No comments:
Post a Comment