Gara-gara penyakit kelainan tidur yang dialaminya, Brian Thomas, 59, tak sengaja membunuh isterinya, Christine, 57, dengan tangannya sendiri. Lelaki asal Neath, Wales Selatan ini divonis doktor mengalami kelainan ketika tidur. Ia boleh mengigau sembari melakukan aktiviti seperti berjalan ataupun lainnya.
Dan kejadian buruk pun harus dialaminya. Seperti dikutip Times, Rabu (18/11), Thomas dan isterinya tengah berlibur di Wales Barat memandu van mereka. Ketika tengah malam, mereka diganggu segerombolan remaja nakal. Mereka pun memutuskan untuk mencari lokasi parkir yang lain. Dan ketika keduanya kembali tidur, Thomas bermimpi buruk, remaja-remaja tersebut kembali mengganggu mereka dan masuk ke dalam van.
Keesokan harinya ia terkejut mendapati isterinya telah bersimbah darah di sampingnya. Langsung saja ia segera menelepon 999. "Saya fikir saya telah membunuh isteri saya. Saya fikir seseorang masuk ke dalam van kami. Apa yang telah saya lakukan," teriak Thomas ketika melaporkan kejadian tersebut.
Ketika polis datang ke lokasi kejadian, Thomas terus menangis dan terguncang. Polis tiba sepuluh minit setelah ditelepon. "Dia adalah segalanya bagi saya," ujar Thomas tersedu.
Ketika penyelidikan dimulai, kecurigaan pertama memang mengarah Thomas sengaja membunuh isterinya kerana suatu hal. Namun ketika tim medis menyatakan ia menderita gangguan tidur, pihak penyiasat pun mulai percaya. Apalagi sejarah kehidupan Thomas menunjukkan berbagai gerakan otomatis yang dilakukannya ketika tidur selama 50 tahun terakhir.
"Dengan kata lain, ketika pembunuhan terjadi, terdakwa tengah tidur dan fikirannya tidak boleh mengontrol apa yang dilakukan tubuhnya," ujar Paul Thomas, Jaksa Penuntut Umum Pengadilan Swansea.
Keterangan saksi pun cukup meringankan Thomas, dimana pihak pengadilan menerima informasi jika keduanya merupakan pasangan yang bahagia dan tidak terpisahkan. Bahkan seharusnya sebentar lagi mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan mereka ke 40.
Pengacara pembela Thomas, Elwen Evans menjelaskan, ketika itu terdakwa tidak mengambil ubat antidepresi untuk mengatasi gejala Parkinson selama liburan tersebut. Kerana hal itu boleh mengganggu performa seksualnya. "Ia melakukannya kerana mereka berdua tidur bersama. Dan ketika kejadian, suara keributan yang dibuat remaja tersebut membawanya ke tingkat stress yang tinggi," jelas Evans. Hingga saat ini, kes tersebut masih dibicarakan di Mahkamah Swansea.
sumber : kaskus.us
No comments:
Post a Comment