Xiao berpendapat, pola asuh yang keras akan menjadikan anak cerdas.
Rabu, 23 November 2011
Hadi Suprapto, Indrani Putri Dalam buku tersebut, Chua mengklaim pola asuh ala Asia yang keras yang diterapkannya pada anak-anaknya berhasil membuat mereka sukses secara akademik.
Kini, dosen Fakulti Undang-Undang Yale University ini memiliki rival seorang pembisnes berjaya asal China bernama Xiao Baiyou, yang menyebut dirinya Wolf Dad. Seperti dikutip harian Economic Observer pada 21 November 2011, Xiao menerbitkan buku serupa berjudul My Beida Children yang juga mengklaim pola asuhnya bahkan lebih keras daripada metode Chua.
Namun berbeda dari buku Chua yang sering memicu debat tentang pola asuh, buku Xiao malah memicu kemarahan luas di China kerana dianggap terlalu ekstrem. Contohnya, Chua memaksa semua puterinya untuk bermain piano dan menguasai setidaknya satu komposisi baru setiap harinya.
Jika belum berhasil menguasai komposisi, para puteri dilarang minum atau ke toilet, atau harus melanjutkannya setelah makan malam. Sementara Xiao meringkas pola asuhnya -yang lebih keras dalam sebuah sajak: 'Pukul anak anda tiap tiga hari sekali. Akan masuklah ia ke Universiti Beijing.'
Anak-anak Chua dan Xiao sendiri memang dikenal cemerlang secara akademik. Puteri tertua Amy Chua berhasil tampil di Carnegie Hall yang sangat prestisius di New York, dan ditawarkan masuk Harvard dan Yale ketika usianya baru 17 tahun.
Sementara itu, tiga dari empat putera Xiao diterima di perguruan tinggi bergengsi di China. Mereka semua dikenal sebagai anak-anak yang cerdas di berbagai aspek, termasuk dalam seni.
Buku Tiger Mom dan Wolf Dad sama-sama menjadi buku dengan penjualan terlaris berkat strategi pemasaran yang bagus. Namun banyak yang berpendapat kalau pola asuh seperti itu tidaklah memberi kebebasan belajar seperti yang diperlukan anak-anak masa kini, apalagi dengan masih banyaknya orang yang kurang mampu di Negeri Tirai Bambu.
Banyak pula yang berpendapat bahawa kondisi anak-anak Xiao seperti yang digambarkan dalam buku lebih mirip anak domba yang penakut daripada anak serigala. Sama sekali tidak menggambarkan kultur serigala yang selalu bersiaga, seperti yang terjadi di China ketika ini. (umi)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment