Menyewakan rahim adalah pekerjaan yang agak asing bagi sebahagian orang, namun tidak bagi perempuan ini. Dari 15 anak yang pernah dikandung dan dilahirkannya, 11 di antaranya adalah janin dari perempuan lain yang dititipkan ke rahimnya.
Kesebelas bayi orang yang dilahirkan oleh perempuan bernama Meredith Olafson (47 tahun) ini terdiri dari 2 pasang bayi kembar 3, sepasang bayi kembar 2, serta 3 bayi yang lahir sendiri-sendiri. Bayi yang berasal dari sel telurnya sendiri malah hanya 4 orang.
Perempuan berasaldari Fargo, North Dakota ini mengaku lebih suka punya anak sendiri, sehingga merasa sedih jika membayangkan ada perempuan yang tidak boleh punya anak sendiri kera rahimnya bermasalah. Dengan alasan itulah, ia terfikir untuk menyewakan kandungannya pada perempuan-perampuan yang tidak beruntung itu. "Ketika kamu melihat wajah para orangtua itu, melihat USG (ultrasonografi) untuk pertama kalinya dan melihat jantungnya berdenyut, atau bahkan mendengarnya, itu sangat tidak ternilai harganya," kata Olafson .
Kebahagiaan para orangtua yang menitipkan bayi ke rahimnya adalah kebahagiaan juga bagi Olafson, jauh melebihi honornya sebagai ibu pengganti atau surrogate mother. Biasanya ibu pengganti walau dibayar untuk hamil, namun Olafson mengaku tidak meletakan harga. Alasan lain yang mendorong Olafson untuk menyewakan rahim adalah kemampuan dalam menjaga kehamilan.
Selama ini, ia tidak pernah mengalami morning sickness atau mual-mual di pagi hari, bahkan masih boleh tetap bekerja hingga beberapa hari sebelum melahirkan. Selain itu, Olafson hampir selalu melahirkan setiap anaknya dalam proses yang tebilang singkat sejak kontraksi hingga anaknya keluar. "Yang paling lama adalah kelahiran anak perempuan tertua saya, yakni 1 jam 15 minit. Anak kedua yang juga perempuan hanya 30 minit, sedangkan 2 anak terakhir cuma perlukan waktu 20 minit," kata Olafson bangga. Sebagai ibu pengganti, Olafson sedar bahawa orangtua asal dari bayi-bayi yang dikandungnya adalah pemilik embrio atau sel telur yang sudah dibuahi sperma.
Ia hanya menyewakan rahim untuk tempat tumbuh calon bayi, sehingga secara biologis ia tidak berhak mengaku anak-anak itu sebagai anaknya. "Para orangtua itu adalah ayah dan ibunya yang asal jadi pola fikir yang saya tanamkan ketika pertama kali mengandung anak mereka adalah, ini anak mereka. Tidak ada urusannya dengan hubungan saya di masa depan dan sebagainya, jadi mari kita buat sesederhana mungkin," kata Olafson SUMBER
No comments:
Post a Comment