Wednesday, May 30, 2012

Ayah mangsa Insiden Tiananmen Gantung Diri Sebagai Protes Kegagalan Pemerintah Cina


Posted by on May 30, 2012 |     
korban tiananmen manado today
Ya WeiLin menggantung dirinya sebagai protes atas kematian anaknya. Gambar ini diambil pada tahun 2007, menunjukkan WeiLin (kanan) dan istrinya, Zhang Zhengxia, memegang gambar anak mereka, Ya Aiguo (Foto : AP/ABC Spanish Daily Newspaper)

Ayah dari seorang pria Cina yang tewas dalam insiden Lapangan Tiananmen pada 1989 menggantung dirinya sebagai bentuk protes, akibat tidak juga memperoleh kejelasan tentang siapa yang bertangungjawab atas kematian anaknya lebih dari dua dekade silam.
Sebuah kelompok, yang dikenal sebagai Ibu Tiananmen, mengatakan bahwa tubuh Ya WeiLin (73) ditemukan di sebuah garasi parkir bawah tanah yang tidak digunakan di bawah kompleks perumahan di Beijing. Dan ia diyakini telah membunuh dirinya, pada Jumat (25/05).

Dalam sebuah Obituari yang diposting kelompok itu di situsnya mengatakan bahwa menurut keluarga Ya, dia membawa catatan rinci tentang kematian anaknya Ya Aiguo dan menyatakan bahwa ia akan bunuh diri sebagai protes karena masalah ini belum ditangani selama lebih dari 20 tahun.
“Kami telah menulis berulang kali dalam 18 tahun terakhir. Namun mereka tidak pernah peduli untuk menjawab, bahkan tidak pernah sama sekali, dan mengabaikan kami. ” tutur Ya WeiLin dalam sebuah wawancara dengan Catalonian TV3 pada 2007 silam.

Kematian WeiLin terjadi sekitar seminggu menjelang peringatan pada malam 3-4 Juni 1989, ketika militer membubarkan protes yang dipimpin mahasiswa, yang diduga menewaskan ribuan mahasiswa, aktivis dan warga sipil.
Setelah insiden berdarah di lapangan Tiananmen, informasi mengenai insiden tersebut ditutup rapat-rapat oleh pemerintah Cina. Bahkan kejadian tersebut sama sekali tak pernah disinggung dalam buku sejarah negara tersebut.

Selain itu, mendiskusikan kejadian itu menjadi suatu hal yang tabu bagi publik Cina, tapi para Ibu Tiananmen secara rutin mengirimkan surat terbuka yang mendesak para pemimpin negara itu untuk menjelaskan kematian dalam insiden itu, dan agar salah satu catatan kelam dalam sejarah negara ‘Tirai bambu’ tersebut tidak hilang begitu saja.

No comments:

Post a Comment