
googleimage
Ilustrasi
Seorang wanita Inggeris yang menjadi jurnalis
magang, sembari mengenyam pendidikan di Mesir, mengalami penganiayaan
seksual, ketika sedang membuat liputan, sekerumunan orang di Tahir Square,
Kairo, Mesir.
Dalam blognya, Natasha Smith menceritakan pengalaman mengerikannya tersebut terjadi saat masyarakat mengadakan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden Husni Mubarak berundur.
Dalam blognya, Natasha Smith menceritakan pengalaman mengerikannya tersebut terjadi saat masyarakat mengadakan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden Husni Mubarak berundur.
"Dalam sepersekian
detik, puluhan orang menyeret saya menjauh dari hiruk-pikuk, dan dari dua sahabat
laki-laki saya. Mereka mulai meraba-raba
saya dengan kekuatan dan agresif," ujarnya dalam blognya seperti
dikutip dari CNN, (28/6/2012).
"Mereka lalu merobek semua pakaian saya, pertama-tama skirt saya, bahkan saya tidak sedar mereka telah merobek pakaian dalam saya. Lalu mereka mencopot sepatu, dan merobek pakaian atas saya, dan itu sangat menyakitkan," lanjutnya.
Ia mengaku tak memiliki cukup kekuatan untuk melawan, sehingga ia hanya bisa berdoa dalam hati, meminta Tuhan memberikan pertolongannya. "Saya berdoa dalam hati, Tuhan tolong saya, tolong hentikan mereka," tuturnya.
"Mereka lalu merobek semua pakaian saya, pertama-tama skirt saya, bahkan saya tidak sedar mereka telah merobek pakaian dalam saya. Lalu mereka mencopot sepatu, dan merobek pakaian atas saya, dan itu sangat menyakitkan," lanjutnya.
Ia mengaku tak memiliki cukup kekuatan untuk melawan, sehingga ia hanya bisa berdoa dalam hati, meminta Tuhan memberikan pertolongannya. "Saya berdoa dalam hati, Tuhan tolong saya, tolong hentikan mereka," tuturnya.
Untungnya,
sekelompok lelaki lainnya, segera berlari ke arahnya, dan segera
menolongnya. "Jika
tidak ada mereka, mungkin saya telah diperkosa dan dibunuh,"
tuturnya.
Ia lalu dibawa ke tenda darurat oleh petugas medis, sementara sekelompok lelaki, berjaga-jaga di sekeliling tenda, dengan maksud melindunginya. Disaat itulah, seorang perawat wanita mengatakan kepada dirinya bahwa ia diserang, lantaran rumor yang mengatakan ia adalah seorang mata-mata negara asing.
"Wanita Arab, wanita Muslim di sekitar saya, hanya menangis dan berkata, ini bukan Mesir! Ini bukan Mesir! Ini bukan Islam mereka adalah preman!!"
"Lalu saya menjawab, saya tahu, saya mencintai Mesir, saya tahu ini bukan Islam, sudah tidak apa-apa," lanjutnya.
Ia pun berhasil keluar dari kerumunan oerang ramai itu dengan menyamar sebagai seorang wanita Mesir lengkap dengan gaun panjang, dan penutup muka. Ia ditemani oleh seorang lelaki , dengan berpura-pura sebagai suaminya.
TRIBUNNEWS.COM
Ia lalu dibawa ke tenda darurat oleh petugas medis, sementara sekelompok lelaki, berjaga-jaga di sekeliling tenda, dengan maksud melindunginya. Disaat itulah, seorang perawat wanita mengatakan kepada dirinya bahwa ia diserang, lantaran rumor yang mengatakan ia adalah seorang mata-mata negara asing.
"Wanita Arab, wanita Muslim di sekitar saya, hanya menangis dan berkata, ini bukan Mesir! Ini bukan Mesir! Ini bukan Islam mereka adalah preman!!"
"Lalu saya menjawab, saya tahu, saya mencintai Mesir, saya tahu ini bukan Islam, sudah tidak apa-apa," lanjutnya.
Ia pun berhasil keluar dari kerumunan oerang ramai itu dengan menyamar sebagai seorang wanita Mesir lengkap dengan gaun panjang, dan penutup muka. Ia ditemani oleh seorang lelaki , dengan berpura-pura sebagai suaminya.
No comments:
Post a Comment