
Mendengar kata rakyat merempat fikiran kita langsung tertuju pada
sekelompok orang biasanya tinggal di emperan-emperan kedai atau dibawah
jambatan.
Masalah tunawisma adalah sesuatu yang tidak boleh lepas dari kota-kota
besar di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Beberapa negara
mempunyai solusi masing-masing untuk mengatasi hal ini, misalnya membuat
rumah penampungan, atau memberikan pelatihan keterampilan khusus bagi
para tunawisma ini agar mampu mendapatkan penghidupan yang lebih layak.
Belum ada pihak dari pemerintah setempat yang
mengaku bertanggung jawab atas duri-duri beton ini.
Namun, di Cina ada cara ‘kejam’ yang dilakukan pemerintah setempat
untuk mengatasi masalah para tunawisma ini. Yaitu menanamkan duri-duri
tajam dari beton di bawah jambatan, untuk menghentikan orang-orang
tunawisma tidur di sana.
Seperti terlihat pada gambar yang diambil di Guangzhou ini.
Duri-duri beton dengan tinggi 20cm menghiasi kolong jambatan.
Sontak saja ini menyulut kemarahan online, dimana warga marah kerana
pemerintah mencuba untuk ‘menyembunyikan’ masalah tunawisma. Dan tidak
mengungkapkan tujuan sebenarnya dari duri-duri tersebut.
Ini disebabkan Biro Pengurusan Kota, Biro Transport dan Biro
Konstruksi semuanya menolak bertanggung jawab untuk duri-duri beton
tersebut.
“Mereka yang dibangun oleh kantor administrasi Distrik, kerana
tunawisma terlalu ramai berkumpul di bawah jambatan.” menurut sumber di
bandara kota tersebut mengatakan.
“Mereka tidak hanya beristirahat di sana, tetapi ada juga yang
menyalakan api untuk memasak, ini jelas dapat menimbulkan bahaya.” Tulis
aktivis hak-hak awam Liang Shuxin, di halaman Weibo Sina sembari
menambahkan: “Duri beton ini adalah aib di Guangzhou, yang mencap
dirinya sebagai kota metropolitan dengan toleransi dan keterbukan
sebagai rohnya.”
Menurut statistik terakhir, sekitar 200 juta dari 1.4 billion penduduk di Cina, diyakini hidup di jalanan.
No comments:
Post a Comment