Tanggal 3 Julai kelmarin, seorang lelaki di Cina mengorbankan nyawanya
sendiri demi menyelamatkan satu keluarga yang hampir tenggelam di
sungai. Yang menyedihkan, keluarga yang diselamatkan pergi begitu saja
tanpa merasa peduli sedikitpun.
Jasad sang penyelamat akhirnya ditemukan. foto: idnews
Petang itu, masyarakat ramai berkumpul di pinggir Sungai kota Loudi untuk
melihat jasad seorang pemuda berusia 27 tahun yang meninggal kerana
tenggelam. Mereka berduka, bukan hanya kerana hilangnya seorang pemuda
berjiwa pahlawan, tapi juga kerana mereka baru saja menyaksikan kondisi
ketidakpedulian sosial yang amat menusuk hati.
Sejam sebelumnya, Deng Jinjie, yang ketika itu sedang berada di taman dengan dua ekor anjingnya, mendengar permintaan tolong dari sepasang orang tua yang sedang berenang di dalam sungai. Menurut warga sekitar yang melihat kejadian itu, sepasang tua tersebut panik kerana anak mereka yang berenang memakai tayar pelampung terlihat semakin menjauh kerana terbawa arus sungai. Saat itu, anak berusia 5 tahun tersebut sudah terpisah hingga jarak belasan meter dari orang tuanya.
Tanpa fikir panjang, Jinjie langsung melompat ke sungai untuk memberi pertolongan. Dua orang warga lainnya juga ikut terjun ke sungai membantu usaha penyelamatan Jinjie. Berkat pertolongan mereka, ketiga anggota keluarga tersebut berhasil sampai ke tepian sungai dengan selamat.
Namun, ketika semua terlihat sudah berakhir, orang-orang baru menyedari ada satu hal yang tak beres. Jinjie, sang pemimpin usaha penyelamatan tidak terlihat di mana-mana. Mereka akhirnya menyedari bahawa Jinjie kehabisan tenaga saat berenang dan terbawa arus sungai. Warga lalu menghubungi polis dan petugas bomba yang pada akhirnya berhasil menemukan Jinjie yang sudah meninggal kerana terlalu lama berada di dalam air.
Sejam sebelumnya, Deng Jinjie, yang ketika itu sedang berada di taman dengan dua ekor anjingnya, mendengar permintaan tolong dari sepasang orang tua yang sedang berenang di dalam sungai. Menurut warga sekitar yang melihat kejadian itu, sepasang tua tersebut panik kerana anak mereka yang berenang memakai tayar pelampung terlihat semakin menjauh kerana terbawa arus sungai. Saat itu, anak berusia 5 tahun tersebut sudah terpisah hingga jarak belasan meter dari orang tuanya.
Tanpa fikir panjang, Jinjie langsung melompat ke sungai untuk memberi pertolongan. Dua orang warga lainnya juga ikut terjun ke sungai membantu usaha penyelamatan Jinjie. Berkat pertolongan mereka, ketiga anggota keluarga tersebut berhasil sampai ke tepian sungai dengan selamat.
Namun, ketika semua terlihat sudah berakhir, orang-orang baru menyedari ada satu hal yang tak beres. Jinjie, sang pemimpin usaha penyelamatan tidak terlihat di mana-mana. Mereka akhirnya menyedari bahawa Jinjie kehabisan tenaga saat berenang dan terbawa arus sungai. Warga lalu menghubungi polis dan petugas bomba yang pada akhirnya berhasil menemukan Jinjie yang sudah meninggal kerana terlalu lama berada di dalam air.
Atas: Foto ketika pencarian. Bawah: Deng Jinjie ketika masih hidup.
foto: voc.com.cn
Yang membuat semua orang terkejut, ketika semua orang sibuk berusaha
mencari Jinjie, keluarga yang baru saja diselamatkan oleh pahlawan
mereka dengan taruhan nyawa itu malah melangkah pergi begitu saja dari
lokasi. Tak sedikitpun ucapan terima kasih terdengar dari mulut mereka.
Dan pada ketika seseorang dari keramaian bertanya, "orang yang
menyelamatkan kalian masih berada di dalam air, mengapa kalian pergi?"
Sang ibu dari keluarga tersebut malah menjawab "Itu bukan urusan saya".
Ketika berita ini menyebar ke media dan internet, hasilnya dapat ditebak. Keluarga yang belum diketahui identitinya ini menerima hujan kejian. Diamanapun berita ini muncul, kolom komentar akan dipenuhi dengan berbagai hujatan dan permohonan agar identiti keluarga tersebut dicari hingga jelas dan diperlihatkan ke publik. Rasa kemanusiaan mereka kembali tercabik, sama seperti pada kes dulu ketika seorang anak kecil berusia 3 tahun terlindas kereta dan banyak orang yang lalu ketika itu tak peduli.
Mungkin benar seperti apa yang telah dianalisakan oleh the-diplomat, kemajuan ekonomi yang melonjak tajam di Cina telah meninggalkan satu nilai penting di negara sosialis tersebut: Rasa kemanusiaan.
Ketika berita ini menyebar ke media dan internet, hasilnya dapat ditebak. Keluarga yang belum diketahui identitinya ini menerima hujan kejian. Diamanapun berita ini muncul, kolom komentar akan dipenuhi dengan berbagai hujatan dan permohonan agar identiti keluarga tersebut dicari hingga jelas dan diperlihatkan ke publik. Rasa kemanusiaan mereka kembali tercabik, sama seperti pada kes dulu ketika seorang anak kecil berusia 3 tahun terlindas kereta dan banyak orang yang lalu ketika itu tak peduli.
Mungkin benar seperti apa yang telah dianalisakan oleh the-diplomat, kemajuan ekonomi yang melonjak tajam di Cina telah meninggalkan satu nilai penting di negara sosialis tersebut: Rasa kemanusiaan.
No comments:
Post a Comment