Friday, November 2, 2012

Kisah unik festival minum darah di Nepal

Reporter : Rizqi Adnamazida
Kisah unik festival minum darah di Nepal
Kategori Gaya Travel
Festival minum darah. ©2012 npr.org/Jana Asenbrennerova
Festival minum darah. Mendengar kalimat tersebut rasanya ngeri, apalagi membayangkan seseorang melakukannya. Tetapi bagi orang-orang Nepal, minum darah adalah suatu tradisi yang wajar dilakukan.
Seperti yang dilansir dari Npr.org (31/10), fotografer Jana Asenbrennerova adalah orang yang mengabadikan gambar-gambar festival minum darah di Nepal. Menurut Jana, tradisi tersebut dilakukan setahun sekali di daerah perbukitan penuh kabut di Nepal. Festival minum darah ini juga disebutkan sebagai sebuah refleksi hubungan kompleks antara orang Nepal Buddha yang dilarang makan daging.

Darah yang diminum tepatnya adalah dari yak (sejenis sapi). Penduduk desa di Nepal percaya bahwa darah yak baik bagi pencernaan namun tidak semata-mata langsung dicerna oleh manusia.
Setiap sekali atau dua kali dalam setahun, penduduk desa pun rela menyusuri perbukitan tempat yak berkumpul. Mereka membangun tenda sekitar seminggu, menangkap yak, pelan-pelan mengiris pembuluh darah di leher yak kemudian menempatkan darah yang mengalir di gelas, lalu meminumnya selagi masih hangat.
"Yak kemudian dibiarkan pergi. Mereka baik-baik saja. Sepertinya mereka tidak suka, tetapi yak itu terus lari," cerita Asenbrennerova.

Asenbrennerova merekam festival minum darah tersebut bulan Agustus tahun lalu di bukit di atas Marpha, sebuah pedesaan di Distrik Mustang, bagian utara Nepal. Kira-kira lokasinya berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.
"Mereka sedang bermain kartu, seperti acara berkemah besar-besaran," kata Asenbrennerova.

Orang Nepal sendiri kebanyakan adalah pemeluk agama Buddha. Mereka hanya makan nasi, kacang lentil dan sayuran. Daging tidak boleh dimakan, kecuali jika hewan yang diambil dagingnya mati tidak sengaja.

"Mungkin dengan yak kehabisan darah dan mati, orang Nepal bisa menikmati dagingnya," demikian menurut pendapat antropolog Mark Turin dari Yale Himalaya Initiative.
Meskipun Assenbrennerova mengatakan kalau yak tidak mati 24 jam setelah festival, Turin menampik hal itu dengan tegas.
"Setiap saya datang ke festival ini, saya menyaksikan satu atau dua yak yang tidak sengaja mati kehabisan darah," tandasnya.
darah
yak

No comments:

Post a Comment