IST/Judit Kawaguchi
Kei Ochiai, terselamatkan dari ktagihan dadah berkat yakuza.
Sehari-hari
berjualan barang terpakai, mencari barang terpakai, menawarkan kepada pembeli
barang bekas di sekitar Tokyo dan Yokohama menggunakan truk kecilnya.
Usianya mendekati 50 tahun. Sekitar 20 tahun lalu, setelah ke luar dari
penjara, bersih dia mengaku bersih dari dadah atau pun sindikat
kejahatan yang biasa dikenal dengan nama Yakuza.
"Usia ketika 19
tahun dan punya banyak wang. Lalu mencuba dadah (kakuseizai)
methamphetamine yang sangat kuat itu. Saya berbohong dengan orang
sekeliling, hingga usia saya 25 tahun isteri meninggalkan saya dan saya
masuk penjara kerana kejahatan," demikian papar Kei Ochiai kepada Judit
Kawaguchi yang dimuat The Japan Times 20 Januari 2013, dikutip Tribunnews.com.
Setelah
ketagihan dadah, Ochiai berfikir untuk bergabung dengan Yakuza kerana
ada kelompok Yakuza yang tak menyentuh soal dadah.
"Saya gabung
dengan kelompok Yakuza itu dan benar, mereka menaruh satu orang untuk
terus-menerus mendampingi saya supaya saya tidak ktagih dadah lagi.
Bahkan sampai ke kamar mandi, saat tidur, sampai ke tandas saya diikuti
terus. Pintar sekali cara mereka. Saya tahu, ketika ini," tekannya.
Ochiai bergabung dengan
Yakuza yang spesialis perjudian. Meskipun ketagih dadah dan membantu
Yakuza di bidang judi, "Saya tak pernah membohongi atau menipu orang
lain. Semua selalu saya lakukan langsung terus terang kepada orang yang
saya targetkan. Saya membantu Yakuza khususnya di bidang perjudian
balapan kuda. Saya dapat komisen dari penjualan kupon judi balapan kuda.
Tentu saja ilegal cara tersebut kerana dilakukan Yakuza. Namun si
pembeli tak peduli, yang penting saya jujur, kalau menang ya saya
berikan wangnya kepada si pemenang dengan jujur sesuai janji, saya
hanya dapat komisen saja."
"Semua orang senang atas kerja yang saya
lakukan, hanya satu pihak yang tak senang yaitu pemerintah kerana saya
melakukan ilegal. Maka suatu waktu Ochiai ditangkap polis dan masuk
penjara selama kira-kira dua tahun 10 bulan," katanya, mengenang.
Di
Jepun, tambahnya lagi, banyak penipuan melalui telepon, berpura-pura
teman anaknya, menelepon orangtua si anak minta wang kerana sedang emergency, lalu orangtua mengirimkan wang ke rekening yang disebutkan si penelepon. Penipuan ini digelar oreoresagi.
"Setahun lebih dari 9.4 miliar yen terjadi oreoresagi
kepada orang usia lanjut melalui telepon, kasihan sekali. Para penelepon
jarang yang tertangkap. Dilakukan satu kelompok kejahatan penipuan
tersebut. Tetapi saya tak pernah melakukan hal itu," tambahnya lagi.
Setelah
Ochiai ditangkap polis dan dimasukkan ke penjara, dia hanya berfikir
untuk merasakan, menikmati saja penjara yang dimasukinya, "Penjara
Jepun sangat bagus. Banyak yang suka dipenjara di Jepun. Saya dapat
kamar saya sendiri, senang sekali boleh bekerja membuat furniture di
penjara, ikut nyanyi karaoke di penjara, makanan enak dan waktu yang
banyak untuk membaca. Satu-satunya kelemahan penjara Jepun ya, saya tak
boleh dapat pacar saja," ungkapnya lagi sambil tersenyum.
Ketika ini
Ochiai mengakui semua cerita kehidupannya di share kepada setiap orang
yang merasa boleh tertolong bila dengar ceritanya, termasuk keluarganya,
anaknya pun diceritakan kehidupannya supaya mereka tidak jatuh dalam
kesalahan seperti yang dilakukan ayahnya.
"Anak-anak adalah aset
sangat berharga, mereka sangat pintar dan pasti tahu dan boleh
mengembangkan diri dengan baik dengan mengetahui pengalaman saya ini
yang diceritakan kepada mereka. Saya senang dan ingin sekali membantu
para anak muda," tekannya lebih lanjut.TRIBUNNEWS.COM
No comments:
Post a Comment