Sunday, June 30, 2013

Pesta Melepas Perawan Remaja Afrika Selatan

Tradisi atau pesta melepas perawan ini banyak dilakukan remaja Afrika selatan setelah lulus sekolah. Tradisi melepas perawan remaja di Afrika Selatan memang terbilang sangat fenomenal, kerana biasanya keperawanan harus diberikan kepada pasangan sah masing-masing dalam ikatan pernikahan tidak dengan remaja Afrika Selatan. Entah ini kerana kemajuan, atau memang kebablasan. Afrika Selatan sudah menjadi negara demokratis, tapi juga negara bebas yang perkembangannya menyerupai Amerika Syarikat.


Bahkan, soal hubungan seks pun cenderung bebas sehingga timbul beberapa ekses sosial. Sebuah film remaja diputar di SABC, televisyen terbesar di Afsel, pada pukul 21.00 waktu setempat. Intinya, sinetron itu berkisah tentang siswa-siswa high school(setingkat SMA). Di Afsel hanya ada elementary school yang terdiri dari kelas I sampai VII. Kemudian, sekolah dilanjutkan ke high school dari kelas VIII sampai XII.

Dalam kisah itu, para siswa menyiapkan pesta kelulusan. Mereka akan mengadakan pesta di rumah salah satu siswa yang besar dan luas. Namun, sebelum pesta tiba-tiba ada tulisan-tulisan di sekolah yang mengejek para siswa yang masih teruna dan perawan. Seolah, hal sakral dan terpuji itu justru dianggap aneh oleh orang Afsel, manakala mereka sudah menginjak usia 18 tahun.

Lalu, terjadilah pesta kelulusan itu. Dan, siswi yang tadinya perawan dan siswa yang tadinya teruna berusaha melepasnya di malam itu. Di lantai atas sudah tersedia beberapa kamar untuk melepas keperawanan dan keperjakaan itu. Siswa yang menemukan pasangan atau pasangan lama boleh bergantian memakai kamar untuk melakukan hubungan seks.

Menurut orang-orang Afsel, pesta itu selalu terjadi di bulan Jun  atau awal Julai, ketika datang masa kelulusan high school. Biasanya, pesta dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau dikemas seperti pesta kelulusan biasa.

Tahun ini, banyak pesta sembunyi-sembunyi, baik secara berkelompok maupun berdua dilakukan sebelum Piala Dunia 2010. Tentu, pesta melepas keperawanan dan keterunaan. Dengan demikian, mereka akan boleh menikmati Piala Dunia 2010 dengan status "membanggakan" bagi pendapat mereka.

"Ya, di sini ada tradisi seperti itu. Sepertinya pengaruh dari Amerika. Biasanya sehabis kelulusan. Bagi yang masih menjaga norma, ini tentu mengkhuatirkan," kata Djaka Widyatmadja, staf KBRI di Pretoria, yang sudah tinggal di Afsel selama 15 tahun.
Hal itu dibenarkan oleh Lesogo, seorang sukarelawan Piala Dunia yang bermarkas di FIFA Fan Fest Inner Free Park, Johannesburg. Menurutnya, di Afsel jika sudah berumur 18 tahun bebas menentukan pilihan dan bertindak. Bahkan, mereka juga bebas berhubungan seks, atau memutuskan menikah, kerana sudah dianggap boleh bertanggung jawab dan berdikari.

"Terus terang, saya juga melakukan hal itu dan itu sudah lumrah. Tapi, saya melakukannya setelah berumur 18 tahun. Di Afsel, berhubungan seks dengan gadis di bawah 18 tahun merupakan pelanggaran hukum dan boleh didakwa dengan pasal pemerkosaan yang hukumannya sangat berat," kata Lesogo.

Meski begitu, kes hilangnya keperawanan di Afsel boleh terjadi saat masih kecil di bawah 18 tahun. Ini berhubungan dengan keyakinan lokal. Dan, praktik seperti ini masih sering terjadi. Bahkan, praktik ini sempat ngetren kerana ada isu bahawa AIDS boleh hilang jika berhubungan seks dengan kanak-kanak.

Sebagai catatan, kes HIV/AIDS di Afsel masih tinggi. Bahkan, Afsel termasuk negeri paling banyak pengidap AIDS-nya. Menurut catatan UNAIDS pada 2007, jumlah penderita AIDS di Afsel mencapai 5,700.000 orang. Artinya, Afsel menjadi negeri paling tinggi dalam hal jumlah penderita AIDS.

Menyambut Piala Dunia tahun 2010 lalu, khabarnya pesta melepas keperawanan dan keterunaan cukup ramai. Memang dua hal itu tak ada hubungannya. Namun, mereka ingin menikmati Piala Dunia bersama pacarnya dan sudah dalam status sering berhubungan seks.

Yang pasti, hubungan antara pemuda dan pemudi di Afsel memang bebas. Bahkan, tak jarang mereka mempertontonkan kemesraan, baik pelukan maupun ciuman bibir, di depan umum tanpa rasa risih. Orang-orang di sekitarnya pun juga cuek saja, seolah sudah menjadi pemandangan biasa.

No comments:

Post a Comment