- 1 Julai 2013
Dua gadis remaja, Noor Basra (15
tahun) dan Noor Sheza (16 tahun), ketika difilmkan sedang bermain dan
menari di luar rumah mereka di Pakistan | Daily Mail
ISLAMABAD, KOMPAS.COM — Dua gadis remaja Pakistan
dibunuh setelah dituduh menodai nama keluarga dengan membuat sebuah
video yang memperlihatkan mereka menari dalam hujan. Dalam video
tersebut, Noor Basra (15 tahun) dan Noor Sheza (16 tahun) terlihat
berlari di bawah hujan dengan menggunakan baju tradisional, bersama dua
remaja lain, di kota Chilas, wilayah utara Gligit.
Mail Online, Minggu (30/6/2013), melaporkan, kedua adik beradik itu tampak menari dan salah satunya bahkan tersenyum sambil berkedip ke arah kamera. Video yang beredar melalui telepon bimbit tersebut akhirnya menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat Pakistan yang konservatif.
Minggu lalu, kedua remaja itu ditembak mati bersama ibu mereka di rumah mereka oleh lima orang lelaki.
Menurut The Sunday Times, yang dikutip Mail Online, polis kini membuat penyiasatan apakah saudara tiri kedua gadis itu, yaitu Khutore, merencanakan serangan tersebut. Khutore dituduh telah berkeinginan untuk mengembalikan kehormatan keluarga yang ternoda akibat "ulah" kedua gadis itu.
Seorang saudara laki-laki lain dari kedua remaja ini telah mengadukan Khutore dan keempat orang lain yang dicurigai sebagai pelaku penembakan dan kini telah menghilangkan diri.
Tahun lalu, empat perempuan diyakini telah dibunuh oleh tetua suku setelah mereka menyanyi dan menari bersama laki-laki dalam sebuah pesta pernikahan di desa terpencil Kohistan di Pakistan barat laut. Sebuah dewan suku yang terdiri dari para ulama, yang dikenal sebagai Jirga, dilaporkan telah menghukum mati wanita-wanita itu atas tindakan pencabulan dan penodaan nama keluarga mereka. Tindakan mereka dianggap telah membuat malu masyarakat.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan mengatakan, setidaknya 943 wanita dan remaja puteri dibunuh tahun 2011 kerana dipercayai telah mencemarkan nama baik keluarga mereka.
Menurut kelompok pembela perempuan, The Aurat Foundation, sekitar 1,000 pembunuhan berkedok "kehormatan" terjadi di Pakistan setiap tahun.
Statistik menyoroti jumlah kekerasan yang dialami oleh banyak perempuan di tengah masyarakat konservatif Pakistan, yang dalam hal ini mereka sering kali dianggap sebagai masyarakat kelas dua. (Dyah Arum Narwastu)
Mail Online, Minggu (30/6/2013), melaporkan, kedua adik beradik itu tampak menari dan salah satunya bahkan tersenyum sambil berkedip ke arah kamera. Video yang beredar melalui telepon bimbit tersebut akhirnya menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat Pakistan yang konservatif.
Minggu lalu, kedua remaja itu ditembak mati bersama ibu mereka di rumah mereka oleh lima orang lelaki.
Menurut The Sunday Times, yang dikutip Mail Online, polis kini membuat penyiasatan apakah saudara tiri kedua gadis itu, yaitu Khutore, merencanakan serangan tersebut. Khutore dituduh telah berkeinginan untuk mengembalikan kehormatan keluarga yang ternoda akibat "ulah" kedua gadis itu.
Seorang saudara laki-laki lain dari kedua remaja ini telah mengadukan Khutore dan keempat orang lain yang dicurigai sebagai pelaku penembakan dan kini telah menghilangkan diri.
Tahun lalu, empat perempuan diyakini telah dibunuh oleh tetua suku setelah mereka menyanyi dan menari bersama laki-laki dalam sebuah pesta pernikahan di desa terpencil Kohistan di Pakistan barat laut. Sebuah dewan suku yang terdiri dari para ulama, yang dikenal sebagai Jirga, dilaporkan telah menghukum mati wanita-wanita itu atas tindakan pencabulan dan penodaan nama keluarga mereka. Tindakan mereka dianggap telah membuat malu masyarakat.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan mengatakan, setidaknya 943 wanita dan remaja puteri dibunuh tahun 2011 kerana dipercayai telah mencemarkan nama baik keluarga mereka.
Menurut kelompok pembela perempuan, The Aurat Foundation, sekitar 1,000 pembunuhan berkedok "kehormatan" terjadi di Pakistan setiap tahun.
Statistik menyoroti jumlah kekerasan yang dialami oleh banyak perempuan di tengah masyarakat konservatif Pakistan, yang dalam hal ini mereka sering kali dianggap sebagai masyarakat kelas dua. (Dyah Arum Narwastu)
Sumber :
Daily Mail Online
Editor : Egidius Patnistik
nggak tau mau bilang apa, masih ada ya kegilaan kaya gini?
ReplyDelete