Monday, September 16, 2013

Di tengah perang, rasa kemanusiaan merambat diam-diam. Warga Syria di rumah sakit Israel

16 Sep 2013
 Di tengah perang, rasa kemanusiaan merambat diam-diam
warga Syria di rumah sakit Israel. ©rawstory.com
 

Sekitar 160 kilometer dari Ibu Kota Damaskus, seorang tentera pemberontak Syria terbaring lemah di ranjang sebuah rumah sakit di Israel. Tak jauh dari tempatnya berbaring seorang ibu Syria sedang duduk di samping puterinya yang terluka. Anaknya ditembak di punggung oleh seorang penembak tepat, seperti dilansir surat khabar the Jerusalem Post, Ahad (15/9).

Sejumlah tentera pemberontak dan warga awam yang terluka akibat perang saudara di Syria diam-diam dibawa melewati wilayah Golan memasuki Israel untuk dirawat. Di Kota Safed, sekitar 40 kilometer dari perbatasan Syria, mereka dirawat di sebuah rumah sakit. Sejauh ini sudah 96 warga Syria dirawat di sana.

"Seorang lelaki dirawat di sini. Pasukan pemerintah membunuh tiga kakaknya," kata ibu remaja itu. "Mereka akan membunuh suami dan putera saya jika mereka tahu di mana kami berada."

Demi alasan keselamatan, warga Syria dan nama klinik Israel itu menolak disebutkan. Sejumlah orang menilai usaha ini adalah sebahagian dari usahaa intelijen Israel menggali informasi tentang Syria dari para mangsa.
Wajah ibu remaja 16 tahun yang terluka kena tembakan itu tampak datar, sementara badut rumah sakit menari-nari berusaha menghibur mangsa supaya boleh tersenyum.

"Bagi kami, Israel tetaplah musuh," kata seorang perempuan Syria dari Kota Deera. Dia dan puteri delapan tahunnya dirawat setelah terluka kena ledakan. "Alhamdulillah, saya senang di sini. Saya dirawat dengan baik."

Seorang pemberontak dari kelompok Tentera Pembebasan Syria (FSA) mengatakan dia dan kelompoknya tahu mereka akan dirawat dengan baik di Israel.

"Saya senang ketika tahu saya dirawat di sini. Para pemberontak tahu mereka akan dirawat dengan baik di Israel."

Para jururawat mengatakan mereka tidak membeda-bedakan siapa pun terluka dan harus dirawat.

"Dalam dunia perawatan tak ada batasan, tak ada perbedaan warna kulit atau kewarganegaraan. Kami harus merawat dan mengubati siapa pun yang terluka. Kami bangga dapat melakukan ini."
[fas]Reporter : Pandasurya Wijaya

No comments:

Post a Comment