23 Jan 2014
Sidhnath Sharma berusaha menuntut wang gantirugi dari anaknya,
Sushant Jasu, dan ingin mencegah anaknya menggunakan nama keluarga.
Perbicaraan terkait masalah itu akan dilanjutkan akhir minggu ini di
Negara Bihar, seperti dilapor asiaone.com, Khamis (23/1).
Sharma, seorang peguam dari kasta atas Bhumihar, mengatakan
perkahwinan terjadi pada tahun lalu itu melanggar tradisi sudah dipegang
selama 400 tahun.
"Selama berabad-abad, tradisi perjodohan dalam kasta anda sendiri
telah diterima," kata Sharma dari rumahnya di Kota Danapur, di luar Ibu
Kota Bihar, Patna.
"Tapi ketika anak saya satu-satunya mengakhiri tradisi itu, ini tidak
hanya membuat saya terhenyak, tapi juga mempengaruhi status sosial
saya," ujar Sharma, dua hari lalu. "Peristiwa ini tidak akan dilupakan
maupun diampuni untuk saya."
Sistem kasta berbasis keturunan berakar di banyak bahagian di India,
termasuk di Bihar, salah satu negara termiskin dan terpadat di
Negera Sungai Gangga itu.
Sistem ini masih meliputi aspek kehidupan sehari-hari, terutama di
wilayah perkampungan dan terpencil, dan dapat mendikte perkahwinan,
pendidikan, pekerjaan serta tanah kepemilikan, meskipun faktanya bahawa
diskriminasi berdasarkan kasta dilarang.
Pembunuhan demi kehormatan juga masih dilakukan, terutama terhadap
pasangan muda yang menikah di luar kasta mereka atau melawan keinginan
keluarga mereka. Mereka dibunuh untuk melindungi apa yang dilihat
sebagai reputasi keluarga dan kebanggaan.
Sharma mengajukan kes terhadap Jasu bulan lalu dan mahkamah di Danapur akan melanjutkan sidangnya pada Sabtu akan datang.
Jasu, seorang pegawai pajak yang bekerja di Negara Gujarat,
menikahi isterinya, seorang petugas bank dari Danapur, pada November
lalu.
Sharma mengatakan jika anaknya terus menggunakan nama keluarga, dia
akan meminta Rp 1,9 juta sebagai biaya hak cipta setiap kali dia
menggunakan nama itu.
"Saya hanya mencari pengadilan terarah untuk gantirugi
lantaran dia telah melukai reputasi sosial saya dan untuk mengembalikan
waktu serta wang yang saya habiskan untuk membuat dia menjadi seperti
sekarang ini," ucap Sharma.
Sharma mengambil tindakan undang-undang itu terlepas dari kenyataan bahawa
mayoriti keluarganya, termasuk ibu Jasu, setuju dengan perkawinan
tersebut.
"Jika anak saya senang dengan pernikahan itu, saya harus dengan
terbuka menyokong dia. Waktu telah berubah sekarang, seseorang harus
mengerti itu," kata isteri Sharma enggan disebutkan namanya.
Jasu menolak untuk berkomentar terkait kes menimpa dirinya.
Pemerintah Bihar telah memperkenalkan gagasan untuk mendobrak
hambatan kasta, dan pada tahun lalu pemerintah melipatgandakan insentif
bagi perempuan yang menikah di luar kasta mereka dengan memberikan eang
50.000 rupee .
disunting dari Merdeka.com
No comments:
Post a Comment