21 April 2014
Seorang keluarga mangsa kapal feri Korea Selatan yang tenggelam, MV
Sewol, menangis seusai mengenalpasti jenazah, 20 April lalu.
SEOUL, KOMPAS.COM — Rangkaian komunikasi terakhir
antara awak feri Korea Selatan, Sewol, dan pihak petugas Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal Korea Selatan mengungkap
kepanikan dan keraguan awak feri yang tenggelam tersebut.
Dalam transkrip komunikasi yang baru dirilis Penjaga Pantai Korsel, seorang awak kapal sedikitnya tiga kali bertanya kepada Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal apakah ada kapal penyelamat yang tersedia jika evakuasi dilakukan.
Pada pukul 09.24 waktu setempat, 29 minit setelah Sewol memancarkan signal darurat, seorang petugas Penjaga Pantai berkata, “Mohon keluar dan pastikan para penumpang memakai jaket keselamatan dan mengenakan lapisan baju tambahan.”
Seorang awak kapal merespons, “Jika feri ini mengevakuasi para penumpang, apakah anda boleh menyelamatkan mereka?”
“Setidaknya pastikan mereka memakai jaket keselamatan, dan evakuasi mereka,” balas petugas Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal di Kepulauan Jindo, Korsel.
Selagi sang petugas mendesak awak kapal menyiapkan proses evakuasi, awak tersebut bertanya dua kali apakah para penumpang dapat diselamatkan segera.
Baru pada pukul 09.37 waktu setempat, beberapa detik sebelum komunikasi berakhir, Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal di Kepulauan Jindo mendapat kepastian bahawa evakuasi telah diperintahkan.
Menunda evakuasi
Kebelakangan diketahui, kapal dikemudikan oleh awak yang tidak berpengalaman ketika kecelakaan terjadi pada Rabu (16/4/2014) lalu. Kapten Lee Joon-seok (69) tidak berada di ruang kemudi.
Belum jelas siapa yang memerintahkan evakuasi.
Lee Joon-seok mengaku sengaja menunda proses evakuasi kerana dia khuatir para penumpang akan terbawa arus. “Arus ketika itu sangat kuat, temperatur air laut sangat dingin. Saya fikir jika orang-orang meninggalkan feri tanpa penilaian yang patut, jika mereka tidak mengenakan jaket keselamatan, dan kalaupun mereka memakai, mereka akan terbawa arus dan menghadapi kesulitan lain,” ujar Lee.
Kapal MV Sewol terbalik dalam perjalanan dari Incheon menuju Pulau Jeju di bahagian selatan Korsel. Kapal itu membawa 476 orang, termasuk 339 siswa yang sedang mengikuti lawatan sekolah.
Penyiasatan ketika ini berfokus pada penyebab kecelakaan. Beberapa pakar percaya, insiden itu terjadi ketika kapten memutuskan membelokkan kapal secara tajam, menumpahkan kargo berat, sehingga kapal tidak seimbang.
Transkrip komunikasi Sewol
Petugas: Silakan keluar dan minta penumpang kenakan jaket keselamatan dan pakaian tambahan.
Kru: Jika penumpang feri harus dievakuasi, apakah anda dapat menyelamatkan mereka?
Petugas: Paling tidak minta mereka kenakan jaket keselamatan dan evakuasi mereka.
Kru: Jika mereka dievakuasi, apakah mereka dapat terus diselamatkan?
Petugas: Jangan biarkan mereka tanpa keselamatan. Paling tidak mereka harus mengenakan jaket keselamatan, dan evakuasi mereka.... Kami tidak mengetahui situasinya dengan baik. Kapten harus membuat keputusan akhir dan memutuskan apakah anda akan mengevakuasi penumpang atau tidak.
Kru: Saya tidak membicarakan tentang hal itu. Saya tanya, jika mereka dievakuasi sekarang, bolehkah mereka terus diselamatkan?
Dalam transkrip komunikasi yang baru dirilis Penjaga Pantai Korsel, seorang awak kapal sedikitnya tiga kali bertanya kepada Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal apakah ada kapal penyelamat yang tersedia jika evakuasi dilakukan.
Pada pukul 09.24 waktu setempat, 29 minit setelah Sewol memancarkan signal darurat, seorang petugas Penjaga Pantai berkata, “Mohon keluar dan pastikan para penumpang memakai jaket keselamatan dan mengenakan lapisan baju tambahan.”
Seorang awak kapal merespons, “Jika feri ini mengevakuasi para penumpang, apakah anda boleh menyelamatkan mereka?”
“Setidaknya pastikan mereka memakai jaket keselamatan, dan evakuasi mereka,” balas petugas Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal di Kepulauan Jindo, Korsel.
Selagi sang petugas mendesak awak kapal menyiapkan proses evakuasi, awak tersebut bertanya dua kali apakah para penumpang dapat diselamatkan segera.
Baru pada pukul 09.37 waktu setempat, beberapa detik sebelum komunikasi berakhir, Pusat Pemantau Lalu Lintas Kapal di Kepulauan Jindo mendapat kepastian bahawa evakuasi telah diperintahkan.
Menunda evakuasi
Kebelakangan diketahui, kapal dikemudikan oleh awak yang tidak berpengalaman ketika kecelakaan terjadi pada Rabu (16/4/2014) lalu. Kapten Lee Joon-seok (69) tidak berada di ruang kemudi.
Belum jelas siapa yang memerintahkan evakuasi.
Lee Joon-seok mengaku sengaja menunda proses evakuasi kerana dia khuatir para penumpang akan terbawa arus. “Arus ketika itu sangat kuat, temperatur air laut sangat dingin. Saya fikir jika orang-orang meninggalkan feri tanpa penilaian yang patut, jika mereka tidak mengenakan jaket keselamatan, dan kalaupun mereka memakai, mereka akan terbawa arus dan menghadapi kesulitan lain,” ujar Lee.
Kapal MV Sewol terbalik dalam perjalanan dari Incheon menuju Pulau Jeju di bahagian selatan Korsel. Kapal itu membawa 476 orang, termasuk 339 siswa yang sedang mengikuti lawatan sekolah.
Penyiasatan ketika ini berfokus pada penyebab kecelakaan. Beberapa pakar percaya, insiden itu terjadi ketika kapten memutuskan membelokkan kapal secara tajam, menumpahkan kargo berat, sehingga kapal tidak seimbang.
Transkrip komunikasi Sewol
Petugas: Silakan keluar dan minta penumpang kenakan jaket keselamatan dan pakaian tambahan.
Kru: Jika penumpang feri harus dievakuasi, apakah anda dapat menyelamatkan mereka?
Petugas: Paling tidak minta mereka kenakan jaket keselamatan dan evakuasi mereka.
Kru: Jika mereka dievakuasi, apakah mereka dapat terus diselamatkan?
Petugas: Jangan biarkan mereka tanpa keselamatan. Paling tidak mereka harus mengenakan jaket keselamatan, dan evakuasi mereka.... Kami tidak mengetahui situasinya dengan baik. Kapten harus membuat keputusan akhir dan memutuskan apakah anda akan mengevakuasi penumpang atau tidak.
Kru: Saya tidak membicarakan tentang hal itu. Saya tanya, jika mereka dievakuasi sekarang, bolehkah mereka terus diselamatkan?
Editor | : Egidius Patnistik |
Sumber | : BBC Indonesia |
No comments:
Post a Comment