Wednesday, April 23, 2014

Panggilan darurat pertama feri karam datang dari seorang kanak-kanak

22 Apr 2014 

Panggilan darurat pertama feri karam datang dari seorang bocah
Kapal feri Korea Selatan tenggelam. ©AFP PHOTO/YONHAP
Panggilan kecemasan  pertama yang memberitahu soal tenggelamnya kapal feri Sewol di Korea Selatan ternyata dibuat oleh seorang kanak-kanak lelaki  dengan suara gementar kepada sebuah pos bomba, tiga minit setelah kapal nahas itu mulai tenggelam.

Panggilan itu diteruskan ke penjaga pantai dua minit kemudian dan diikuti oleh sekitar 20 panggilan melalui telepon dari anak-anak lainnya kepada pos pemadam kebakaran. Ini seperti dikatakan petugas dari pos pemadam kebakaran kepada Reuters, seperti dilansir web Asia One, Selasa (22/4).
Kapal feri Sewol tenggelam pada Rabu minggu lalu dalam sebuah perjalanan rutin dari kota pelabuhan Incheon ke pulau yang terkenal sebagai tempat tujuan para pasangan menghabiskan waktu untuk berbulan madu yakni Pulau Jeju.

Dari 476 penumpang dan awak di kapal itu, 339 merupakan anak sekolah dan para guru dari sekolah menengah atas sedang melakukan tamasya. Sebanyak 174 orang berhasil diselamatkan dan sisanya diduga tenggelam.
Anak laki-laki yang membuat panggilan itu, dengan nama keluarga Choi, menjadi salah satu penumpang yang hilang.
"Suaranya gemetar dan terdengar mendesak,"
 ujar seorang petugas pemadam kebakaran kepada MBC TV. Butuh beberapa saat untuk mengidentifikasi kapal itu adalah kapal feri Sewol.

"Selamatkan kami! Kita berada di sebuah kapal dan saya fikir kapal akan tenggelam," ucap petugas itu menirukan panggilan dari sang kanak-kanak, yang dikutip kantor berita Korea Selatan Yonhap.

Pihak pemadam kebakaran kemudian meminta anak itu untuk mengalihkan teleponnya ke kapten kapal, dan anak itu menjawab, 'Maksudmu guru?'
Pengucapan bahasa untuk kata 'kapten' dan 'guru' serupa dalam bahasa Korea.

Kapten kapal Lee Joon-seok, 69 tahun, dan beberapa awak kapal lainnya telah ditahan atas tuduhan kelalaian. Lee juga dituduh melakukan putaran berlebihan tanpa memperlambat kecepatan.

Saksi mengatakan beberapa anggota awak, termasuk kapten, meninggalkan feri saat kapal mulai tenggelam, dan setelah penumpang diberitahu untuk tetap diam di kabin mereka. Presiden Korea Selatan Park Geun-hye kemarin mengatakan instruksi dari kapten kapal itu sama saja dengan 'tindakan pembunuhan'.

Stasiun televisi KBS, yang mengutip transkrip percakapan antara awak dan pengawas lalu lintas laut, yakni Pusat Layanan Lalu Lintas Kapal Jindo, mengatakan para penumpang diberitahu berulang kali untuk tetap diam di kabin.

Lee, yang terlihat di televisi dengan kepala tertunduk dan tertutup, mengatakan kepada wartawan setelah tenggelamnya kapal bahwa dia takut penumpang akan tenggelam akibat arus yang kuat jika mereka meninggalkan kapal. Namun, dia belum menjelaskan mengapa dia justru meninggalkan kapal.

Merdeka.com -

No comments:

Post a Comment