26/5/14

Lakhan Kale. dailymail.co.uk
Seorang
kanak-kanak sembilan tahun dengan pakaian warna biru terbaring lesu di sebuah
trotoar di petang yang terik pada musim panas di Kota Mumbai, India.
Pergelangan kakinya ditambatkan dengan tali ke sebuah stesyen bas,
diabaikan oleh pejalan kaki yang berjalan melewati dirinya.
Lakhan Kale adalah kanak-kanak pekak dan bisu dan menderita lumpuh
otak serta epilepsi. Ini membuat nenek sekaligus penjaganya mengikat dia
untuk membuat Lakhan tetap selamat, sementara neneknya pergi bekerja,
menjual mainan dan karangan bunga di pinggir jalan, seperti dilansir
surat khabar the Daily Mail, pada 26/5/14.
"Apa lagi yang dapat saya lakukan? Dia tidak boleh bercakap, jadi
bagaimana dia dapat memberitahu seseorang jika dia hilang?" kata
Sakhubai Kale, 66 tahun, yang telah membesarkan Lakhan di jalanan dengan
mendiami stesyen bas dinaungi oleh akar gantung dari pohon beringin.
"Ayah Lakhan meninggal beberapa tahun lalu dan ibunya pergi dari keluarganya," lanjut dia, yang merupakan seorang gelandangan.
Sebuah foto Lakhan diikat muncul di sebuah akhbar tempatan pada minggu
lalu, memicu kekhuatiran di kalangan badan amal dan polis . Sejak itu
Lakhan telah dibawa ke pusat rawatan di lembaga yang dikelola oleh
pemerintah.
Tapi para penggiat hak asasi mengatakan penderitaan Lakhan di jalanan hanyalah
kejutan kecil di India, di mana mereka yang cacat kerap menghadapi
stigma dan diskriminasi sehari-hari serta kurangnya fasiliti untuk
membantu mereka.
Sakhubai mengatakan Lakhan 'cenderung berkeliaran' dan tidak ada
orang lain yang boleh menghentikannya berjalan-jalan ke lalu lintas yang
padat, ketika dia dan cucunya berusia 12 tahun, Rekha, sedang keluar
mencari nafkah.
Pada malam hari, Sakhubai akan mengikat kaki Lakhan ke kakinya
sendiri kerana mereka tidur di kaki lima jalan sehingga dia akan tahu jika
Lakhan mencuba untuk berjalan kaki.
"Saya seorang wanita tua ibu tunggal. Tidak ada yang memperhatikan saya
sampai ada laporan di surat khabar," kata Sakhubai. "Dia (Lakhan) berada
di sekolah khusus, tetapi mereka memulangkannya kembali."
Pekerja sosial Meena Mutha telah berhasil menempatkan Lakhan di rumah
yang dikelola negara di selatan Mumbai, yang didiami berbagai anak-anak
yang memerlukan dari penyandang cacat sampai fakir miskin.
"Rumah singgah sangat, sangat sedikit. Ada keperluan besar bagi
pemerintah untuk melakukan sesuatu, sebuah tanggung jawab sosial untuk
menyediakan pusat-pusat pemukiman untuk anak-anak seperti Lakhan," ujar
Mutha, seorang wali di Yayasan Manav, yang bertugas untuk membantu
orang-orang dengan penderita OKU.
Dia mengatakan pusat-pusat dikelola pemerintah yang mengumpulkan
anak-anak dengan keperluan berbeda tidak selalu memiliki berbagai
fasiliti yang diperlukan.
"Mereka tidak memiliki infrastruktur, para staf. Sebaliknya,
organisasi non-pemerintah memiliki keahlian, tetapi tidak ruang," jelas
Mutha.
Pegiat mengatakan bahawa di India, 40 sampai 60 juta orang penyandang
cacat sering menghadapi perjuangan yang sama untuk mendapatkan bantuan
yang mereka perlukan.
"Tidak ada tanggung jawab bersama. Anda memiliki anak cacat, maka anda merawatnya sendiri," kata Varsha Hooja, pemimpin eksekutif di
Adapt, sebuah badan amal lainnya yang bekerja dengan pemuda dan
anak-anak |OKU
Hooja mengatakan dia telah melihat kes lain orang tua mengunci
anak-anak mereka yang cacat, sementara orangtuanya pergi bekerja.
"Negara tidak memberikan dukungan."Merdeka.com
No comments:
Post a Comment