5/6/14
gambar hiasan
Polis
India kelmarin mengatakan kelompok pemberontak telah menembak seorang
wanita berusia 35 tahun di bahagian timur laut negara itu hingga mati, setelah dia
menolak usaha perkosaan dilakukan para lelaki itu. Ini menjadi insiden
terbaru dalam serangkaian serangan seks yang mengejutkan di Negera
Sungai Gangga itu.
Polis mengatakan ibu dari empat anak itu sedang berada di rumah di sebuah
desa terpencil di Negara Meghalaya, ketika sekelompok militan
dari Tentera Pembebasan Nasional Garo menerobos masuk rumahnya pada
Selasa malam waktu setempat, seperti dilapor Emirates247, Khamis
(5/6).
Polis menjelaskan para pemberontak mengunci suami mangsa dan anaknya di dalam sebuah kamar sebelum mencuba memperkosa dia.
"Wanita itu ditembak oleh pemberontak Tentera Pembebasan Nasional
Garo setelah mangsa menolak usaha mereka untuk menganiaya dan
memperkosanya," kata ketua polis setempat, Lakardor Syiem.
Dia menyatakan para pemberontak bersenjatakan senapang otomatik.
Tentera Pembebasan Nasional Garo adalah salah satu dari lima kelompok
pemberontak suku yang berjuang untuk memisahkan "Tanah Garo" dari
Meghalaya.
Insiden itu terjadi di tengah kemarahan terhadap pemerkosaan dan
pembunuhan terhadap dua gadis remaja di Negara Uttar Pradesh pada minggu lalu.
Kedua gadis remaja itu, yang berasal dari komuniti Dalit, kaum terendah
dalam kasta di India, digantung di sebatang pohon di daerah Badaun, di
mana dari hasil ujian menunjukkan mereka telah diserang secara seksual
berkali-kali.
PBB dua hari lalu mengutuk serangan terhadap kedua gadis itu, di mana
Setiausaha Agong PBB, Ban Ki-moon mengatakan dia "terkejut" dengan
insiden pembunuhan di Uttar Pradesh itu.
Pemimpin Parti Samajwadi, Mulayam Singh Yadav, di mana puteranya
Akhilesh merupakan menteri besar Uttar Pradesh, mengatakan dalam
kempen pilihanraya pada April lalu dirinya menentang hukuman mati baru-baru
ini diperkenalkan bagi pelaku pemerkosa, dan mengatakan "anak laki-laki
terkadang melakukan kesalahan".
Meenakshi Ganguly, Pengarah Asia Selatan untuk Human Rights Watch,
meminta perdana menteri baru India, Narendra Modi, untuk mengatasi
"momok" kekerasan terhadap perempuan.
"Dia (Modi) harus mengambil inisiatif untuk menekan polis dan sistem keadilan hukuman untuk lebih responsif terhadap kes-kes kekerasan
seksual," kata Ganguly.
Modi sendiri belum membuat komentar berhubung masalah itu meskipun menteri untukwanita dan perkembangan anak telah mengumumkan rancangan mendirikan
pusat krisis perkosaan di seantero India.
No comments:
Post a Comment