1/8/14

Warga Jalan Al-Jalla, Gaza menyaksikan sebuah bom Israel jatuh dan
menghantam sebuah bangunan. Bom yang jatuh terlihat jelas di bahagian atas
foto ini.
GAZA CITY, Membicarakan rancangan
serangan udara Israel. Sasarannya adalah sebuah bangunan bertingkat di
jantung kota Gaza.
Anak-anak berkumpul di balkoni-balkoni bangunan. Para pemuda berkumpul di persimpangan jalan, sementara beberapa orang lainnya meletakkan batu dan tayar terpakai untuk menghalangi jalan yang melintasi gbangunan yang akan menjadi sasaran.
Seorang lelaki yang hanya mengenakan pakaian dalam berperanan sebagai polis lalu lintas, mengarahkan pengguna jalan untuk mengubah arah kenderaan mereka. Kereta-kereta berhenti, mata mereka tak berkedip memandang bangunan malang yang sebentar lagi akan hancur.
Beberapa minit sebelumnya,tentera Israel menelepon putera Bashir al-Ramlawi (58), pemilik bangunan yang akan menjadi sasaran. Bagaimana tentera Israel mendapatkan nombor telepon pemuda tersebut, hal itu masih menjadi misteri.
Suara di hujung lain telepon itu memerintahkan pemuda tersebut memindahkan keluarganya kerana bangunan itu akan menjadi sasaran serangan udara.
Seusai menerima telepon itu, pemuda tersebut dengan panik memanggil sang ayah yang kemudian meminta semua anggota keluarganya yang berjumlah 35 orang untuk meninggalkan bangunan itu dan mencari tempat selamat.
Para tetangga mungkin melihat keluarga Al-Ramlawi berlarian meninggalkan kediamannya, atau mungkin juga putera Al-Ramlawi menghubungi kawan-kawannya, yang jelas khabar serangan itu menyebar dengan cepat dan dengan segera semua warga di jalan Al-Jalla mengetahui akan datangnya serangan Israel itu.
Menanti
Warga kemudian menunggu detik-detik jatuhnya bom dari langit Gaza. Tiba-tiba, sebuah ledakan keras terdengar diikuti kepulan asap mirip cendawan. Bangunan tempat keluarga Al-Ramlawi sudah diserang. Namun, warga sudah mafhum, serangan ini baru "menu" pembukaan.
Beberapa minit kemudian, sebuah bom jatuh dari langit menghantam bangunan tersebut. Sekali lagi asap membumbung, menyelubungi jalanan di bawahnya. Bom ketiga kemudian menghantam, dan bangunan itu masih berdiri.
Tak seorang pun beranjak. Mereka sudah paham, tiga serangan pertama merupakan peringatan kecil dari drone Israel. Serangan ini adalah peringatan bagi siapa pun yang masih berada terlalu dekat dengan bangunan itu dan sekaligus sebagai cara "melunakkan" bangunan itu.
Jarum jam kini menunjukkan pukul 14.50, dan terdengar raungan jet F-16 di langit Gaza. Sekejap kemudian, sebuah rudal melesat di atas kepala warga Jalan Al-Jalla, menghantam bangunan itu.
Asap lebih besar membumbung, dan bangunan itu akhirnya tumbang. Tak ada korban jiwa atau luka. Bangunan-bangunan di sekitar sasaran juga tak mengalami kerosakan.
Dalam hitungan minit, ketegangan itu hilang dan jalanan dibuka kembali. Kereta-kereta kembali meneruskan perjalanan melalui runtuhan bangunan. Semua tampak normal, kecuali tentu bagi Al-Ramlawi.
"Saya tak tahu mengapa mereka menyerang kediaman saya, padahal saya tak memiliki kaitan apa pun dengan Hamas atau kelompok lainnya," kata Al-Ramlawi, nyaris menangis.
Lelaki itu menambahkan, semua keluarganya yang tinggal bersama dia sudah pergi mencari tempat selamat di Shijaiyah, wilayah timur Gaza. Sekarang, mereka semua tak memiliki tempat tinggal.
Anak-anak berkumpul di balkoni-balkoni bangunan. Para pemuda berkumpul di persimpangan jalan, sementara beberapa orang lainnya meletakkan batu dan tayar terpakai untuk menghalangi jalan yang melintasi gbangunan yang akan menjadi sasaran.
Seorang lelaki yang hanya mengenakan pakaian dalam berperanan sebagai polis lalu lintas, mengarahkan pengguna jalan untuk mengubah arah kenderaan mereka. Kereta-kereta berhenti, mata mereka tak berkedip memandang bangunan malang yang sebentar lagi akan hancur.
Beberapa minit sebelumnya,tentera Israel menelepon putera Bashir al-Ramlawi (58), pemilik bangunan yang akan menjadi sasaran. Bagaimana tentera Israel mendapatkan nombor telepon pemuda tersebut, hal itu masih menjadi misteri.
Suara di hujung lain telepon itu memerintahkan pemuda tersebut memindahkan keluarganya kerana bangunan itu akan menjadi sasaran serangan udara.
Seusai menerima telepon itu, pemuda tersebut dengan panik memanggil sang ayah yang kemudian meminta semua anggota keluarganya yang berjumlah 35 orang untuk meninggalkan bangunan itu dan mencari tempat selamat.
Para tetangga mungkin melihat keluarga Al-Ramlawi berlarian meninggalkan kediamannya, atau mungkin juga putera Al-Ramlawi menghubungi kawan-kawannya, yang jelas khabar serangan itu menyebar dengan cepat dan dengan segera semua warga di jalan Al-Jalla mengetahui akan datangnya serangan Israel itu.
Menanti
Warga kemudian menunggu detik-detik jatuhnya bom dari langit Gaza. Tiba-tiba, sebuah ledakan keras terdengar diikuti kepulan asap mirip cendawan. Bangunan tempat keluarga Al-Ramlawi sudah diserang. Namun, warga sudah mafhum, serangan ini baru "menu" pembukaan.
Beberapa minit kemudian, sebuah bom jatuh dari langit menghantam bangunan tersebut. Sekali lagi asap membumbung, menyelubungi jalanan di bawahnya. Bom ketiga kemudian menghantam, dan bangunan itu masih berdiri.
Tak seorang pun beranjak. Mereka sudah paham, tiga serangan pertama merupakan peringatan kecil dari drone Israel. Serangan ini adalah peringatan bagi siapa pun yang masih berada terlalu dekat dengan bangunan itu dan sekaligus sebagai cara "melunakkan" bangunan itu.
Jarum jam kini menunjukkan pukul 14.50, dan terdengar raungan jet F-16 di langit Gaza. Sekejap kemudian, sebuah rudal melesat di atas kepala warga Jalan Al-Jalla, menghantam bangunan itu.
Asap lebih besar membumbung, dan bangunan itu akhirnya tumbang. Tak ada korban jiwa atau luka. Bangunan-bangunan di sekitar sasaran juga tak mengalami kerosakan.
Dalam hitungan minit, ketegangan itu hilang dan jalanan dibuka kembali. Kereta-kereta kembali meneruskan perjalanan melalui runtuhan bangunan. Semua tampak normal, kecuali tentu bagi Al-Ramlawi.
"Saya tak tahu mengapa mereka menyerang kediaman saya, padahal saya tak memiliki kaitan apa pun dengan Hamas atau kelompok lainnya," kata Al-Ramlawi, nyaris menangis.
Lelaki itu menambahkan, semua keluarganya yang tinggal bersama dia sudah pergi mencari tempat selamat di Shijaiyah, wilayah timur Gaza. Sekarang, mereka semua tak memiliki tempat tinggal.
| Sumber | : The Washington Post/KOMPAS.com |
No comments:
Post a Comment