24/8/14

Ular kobra. Gambar hiasan
BEIJING, Seorang chef dari kota Foshan, Wilayah Guangdong, China meninggal setelah digigit seekor ular kobra yang
akan dimasaknya. Ironisnya, insiden itu terjadi 20 minit setelah chef itu memotong kepala ular itu hingga putus.
Peng Fan, nama chef itu, sedang mempersiapkan satu menu masakan spesial dengan bahan utama seekor ular kobra Indochina.
Dia kemudian memenggal kepala ular yang terkenal akan racunnya yang mematikan itu. Ketika Peng Fan akan membuang kepala ular itu ke tempat sampah, kepala ular tersebut menggigitnya dan menyuntikkan racunnya yang sangat berbisa.
"Kami sedang berada di restoran sedang makan malam merayakan ulang tahun isteri saya ketika kami mendengar kebisingan," kata seorang pengunjung restoran, Lin Sun (44).
"Kami tak tahu apa yang terjadi namun kami mendengar teriakan dari arah dapur restoran," tambah Lin Sun.
Lin Sung menambahkan, pihak rumah sakit kemudian menelepon doktor namun ketika bantuan perubatan tiba Peng Fan sudah meninggal dunia. "Setelah kami mendengar kejadian itu kami tak melanjutkan makan malam," ujar Lin Sun.
Seorang jurucakap polis mengakui kes yang ditangani polis ini terbilang kes yang tak lazim . Namun, dipastikan kejadian ini tak lebih dari satu kemalangan.
"Tak ada yang boleh dilakukan untuk mangsa . Hanya ubat anti-racun yang boleh menyelamatkannya namun sudah terlambat. Diia sudah meninggal. Ini adalah satu kecelakaan yang tragis," kata jurucakap polis .
Ular itu rancangannya akan dibuat sup, yang merupakan makanan khas kawasan tersebut dan merupakan salah satu makanan kegemaran di sejumlah restoran kelas atas.
Pakar ular Yang Hong-chang, yang mempelajari ular kobra selama 40 tahun, mengatakan reptilia masih boleh dinyatakan hidup hingga satu jam sejak kehilangan sebahagian atau seluruh bahagian tubuhnya.
"Sangat mungkin kepala ular itu masih hidup dan menggigit tangan koki Peng Fan. Ketika ular itu kehilangan kepalanya, secara fungsi tubuh ular itu sudah mati, namun masih ada sedikit gerak reflek dari bahagian tubuh itu," ujar Yang.
"Ertinya, ular masih boleh menggigit dan menyuntikkan bisanya bahkan di saat kepala dan badan terpisah," tambah Yang.
Peng Fan, nama chef itu, sedang mempersiapkan satu menu masakan spesial dengan bahan utama seekor ular kobra Indochina.
Dia kemudian memenggal kepala ular yang terkenal akan racunnya yang mematikan itu. Ketika Peng Fan akan membuang kepala ular itu ke tempat sampah, kepala ular tersebut menggigitnya dan menyuntikkan racunnya yang sangat berbisa.
"Kami sedang berada di restoran sedang makan malam merayakan ulang tahun isteri saya ketika kami mendengar kebisingan," kata seorang pengunjung restoran, Lin Sun (44).
"Kami tak tahu apa yang terjadi namun kami mendengar teriakan dari arah dapur restoran," tambah Lin Sun.
Lin Sung menambahkan, pihak rumah sakit kemudian menelepon doktor namun ketika bantuan perubatan tiba Peng Fan sudah meninggal dunia. "Setelah kami mendengar kejadian itu kami tak melanjutkan makan malam," ujar Lin Sun.
Seorang jurucakap polis mengakui kes yang ditangani polis ini terbilang kes yang tak lazim . Namun, dipastikan kejadian ini tak lebih dari satu kemalangan.
"Tak ada yang boleh dilakukan untuk mangsa . Hanya ubat anti-racun yang boleh menyelamatkannya namun sudah terlambat. Diia sudah meninggal. Ini adalah satu kecelakaan yang tragis," kata jurucakap polis .
Ular itu rancangannya akan dibuat sup, yang merupakan makanan khas kawasan tersebut dan merupakan salah satu makanan kegemaran di sejumlah restoran kelas atas.
Pakar ular Yang Hong-chang, yang mempelajari ular kobra selama 40 tahun, mengatakan reptilia masih boleh dinyatakan hidup hingga satu jam sejak kehilangan sebahagian atau seluruh bahagian tubuhnya.
"Sangat mungkin kepala ular itu masih hidup dan menggigit tangan koki Peng Fan. Ketika ular itu kehilangan kepalanya, secara fungsi tubuh ular itu sudah mati, namun masih ada sedikit gerak reflek dari bahagian tubuh itu," ujar Yang.
"Ertinya, ular masih boleh menggigit dan menyuntikkan bisanya bahkan di saat kepala dan badan terpisah," tambah Yang.
Editor | : Ervan Hardoko |
Sumber | : Mirror/ KOMPAS.com |
No comments:
Post a Comment