28/8/14
Gencatan, langkah awal perdamaian
Gencatan
senjata panjang akhirnya disepakati oleh penguasa Jalur Gaza, Hamas,
dan pemerintah Israel. Kedua pihak setuju mengakhiri perang terjadi
hampir dua bulan yang menewaskan sekitar 2,139 warga awam Gaza, 490 di
antaranya kanak-kanak, serta 64 tentera Zionis, dan enam warga awam mereka.
Perang, seperti biasa, tidak ada pemenang jelas yang muncul. Meski
gencatan senjata disambut suka cita warga Gaza, namun mereka harus
menerima kepahitan nyata. Kota mereka jadi padang jarak padang tekukur dan tanah menjadi rata.
Walau begitu eluk-elukan pada Hamas tak berkurang. Penduduk tumpah ruah ke
jalan dengan gegak gempita perasaan gembira.
Beda Gaza, beda pula penerimaan gencatan senjata oleh pihak Israel.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjadi mangsa makian di negaranya
sendiri. Dia dikecam lantaran menyetujui 'perdamaian' sementara dengan
Hamas, seperti dilapor kantor berita Reuters (27/8).
Sirene serangan roket dari Gaza sudah bungkam. Namun parlimen Israel
malah meraung. Begitu pula media dan sebahagian besar warga Negera itu . Mereka diliputi kekecewaan mendalam atas kepemimpinan
Netanyahu, terutama dalam penanganan pertarungan sengit tujuh minggu
belakangan.
"Setelah 50 hari perang di mana pejuang Hamas membunuh puluhan
tentera juga penduduk awam, menghancurkan rutin harian, dan
menempatkan negara ini dalam keadaan ekonomi merudum, kami mengharapkan
lebih dari gencatan senjata," ujar Shimon Shiffer, seorang pengamat
Israel menuliskan pendapatnya di harian Yedioth Ahronoth, akhbar paling
laris di Negera Zionis itu.
Shiffer juga menyerukan agar warga Israel sama-sama pergi ke kediaman
Presiden Shimon Peres dan mendesaknya agar Netanyahu mengundurkan diri
dari jabatan dia.
Kabinet Netanyahu pun tak kalah kesal dengan keputusan gencatan
senjata ini. Parlemen sayap kanan yang menyetujui tindakan tentera untuk
membungkam Hamas mengadakan sedang media hari ini demi mengecam gencatan
senjata yang ditengarai oleh Mesir, berlaku sejak kelmarin.
Perjanjian itu berbunyi penghentian permusuhan untuk sementara,
pembukaan sempadan di Gaza, dan pelebaran zon laut di wilayah
Mediterania. Untuk mengawal perjanjian ini Hamas mengungkapkan keinginan
mereka bersatu dengan pasukan keselamatan Tebing Barat yang dipimpin oleh
Presiden Mahmud Abbas dan menguatkan koalisi pemerintahan yang telah
dibentuk Jun lalu.
Meski demikian Mesir dan Israel menegaskan tidak akan ada senjata
masuk ke Gaza yang berpenduduk 1.8 juta jiwa itu. Tahap kedua gencatan
senjata itu akan dimulai sebulan kemudian. Kedua pihak berselisih bakal
membicarakan pembangunan pelabuhan di Gaza dan pelepasan tahanan Israel
dari Hamas, termasuk dua tentera Israel yang belum diketahui
keberadaannya sudah di bawah kewalan Hamas, namun sempat dinyatakan
terbunuh oleh pihak Netanyahu.
Belum jelas apakah Israel juga boleh mendapatkan tujuan mereka yakni
melucuti senjata Hamas. Dukungan dari Amerika Syarikat dan Persatuan Eropah atas
idea itu sangat tinggi meskipun mereka tidak tahu bagaimana caranya. Pihak
Hamas menegaskan mereka menolak usul tersebut dan mengatakan itu
mustahil.
Betapa pun sukarnya mencapai gencatan senjata, seharusnya damai
diterima dengan senang. Seperti ucapan pegiat wanita anti-Islam,
untuk gencatan ini Netanyahu berhak dapat Nobel Perdamaian.
sumber: merdeka.com
No comments:
Post a Comment