9/9/14
Tularam Jatav, anaknya Keshav dan dua keluarganya Manikram dan Makhubhai Jatav, ditangkap di bawah Undang-Undang Kebebasan Beragama Madhya Pradesh, yang memungkinkan seseorang pindah agama hanya jika pemerintah daerah telah memverifikasi dia tidak dipaksa. Bagi mereka yang ingin pindah agama maka harus meminta izin negara bagian, seperti dilansir stesyen televisyen NDTV, Khamis (4/9).
Jika terbukti bersalah, keempatnya boleh menghadapi hukuman dua tahun penjara.
Pada Selasa minggu lalu, ketika keluarga Jatav pergi kepada seorang hakim daerah dengan keterangan tertulis menegaskan bahawa mereka pindah agama dengan sukarela, sekelompok pegiat dari Vishwa Hindu Parishad (VHP) dan Bajrang Dal juga tiba, dan mulai memprotes serta meneriakkan slogan-slogan. Kemudian, laporan mahlumat pertama telah diajukan terhadap keluarga Jatavs dan satu pasukan dikirim ke rumah mereka.
Kelompok Vishwa Hindu Parishad dan Bajrang Dal keduanya merupakan bagian dari Rashtriya Swayamsevak Sangh pimpinan konglomerat pro-Hindu yang meliputi parti berkuasa di India Bharatiya Janata Party (BJP).
Para pegawai mengatakan keluarga Jatavs tampaknya telah melanggar hukum, di mana pasukan penyiasat telah memperoleh keterangan bahawa mereka telah pindah agama menjadi muslim pada bulan lalu tanpa memberitahu pemerintah.
Tularam Jatav dilaporkan masuk Islam dua tahun lalu, tetapi pindah lagi untuk menyelesaikan sengketa harta. Tahun lalu, dia dilaporkan masuk Islam kembali, tapi kali ini bersama anak dan dua keluarganya.
Warga di desa mereka melapor kepada polis pada 28 Ogos lalu dan menuduh bahawa proses pindah agama itu terjadi sebab ada unsur keterpaksaan. Keluarga Jatavs membantah tuduhan itu dua kali, tapi kemarin, tak lama setelah mereka mencuba untuk menyerahkan keterangan tertulis ke mahkamah, mereka ditahan.
"Kami tidak dipaksa untuk pindah agama, kami terinspirasi oleh ajaran Islam. Ini merupakan kontroversi yang tidak perlu terjadi," kata Keshav Jatav, sebelum dibawa ke tahanan.
Satu pasukan polis sekarang akan menyiasat tuduhan dari penduduk desa.
sumber:merdeka.com
No comments:
Post a Comment