18 September 2014
Gambar hiasan
BEIJING, Seorang wanita China yang
menyaman seorang lelaki kerana "melanggar hak keperawanannya" setelah
dihujani janji-janji palsu telah mendapat wang gantirugi sebanyak 3,000
poundsterling.
Wanita dengan nama
keluarga Chen itu berkencan dengan seorang lelaki yang kemudian
diketahui telah beristeri. Chen saman kekasihnya itu kerana dianggap
menipunya sehingga dia kehilangan keperawanan.
Chen mengatakan, kekasihnya itu menipunya dengan mengaku sebagai bujang dan berjanji akan menikahinya. Demikian sejumlah media di Shanghai melaporkan, Rabu (17/9/2014).
Seorang jurucakap mahkamah wilayah Pudong membenarkan kes ini dan keputusan hakim yang menyertai kes tersebut. Namun, dia mengatakan, lelaki itu memutuskan untuk buat rayaun.
Kisahnya bermula ketika Chen bertemu kekasihnya itu melalui internet pada 2009, tetapi baru mulai berkencan pada 2013. Keduanya kemudian berkunjung ke Singapura. Hubungan mereka berlanjutan lebih jauh. Demikian ungkap media online The Paper.
Sepulangnya dari Singapura, lelaki yang hanya disebut dengan nama keluarga Li itu memutuskan perhubungan dengan Chen. Akibatnya, Chen mendatangi kediaman Li dan menemui lelaki itu bersama isterinya.
Situasi itu membuat Chen saman Li kerana dianggap membuat dia kehilangan keperawanan dan menuntut gantirugi lebih dari 50,000 poundsterling
Dalam perbicaraan, hakim menilai tuntutan Chen terlalu berlebihan, tetapi mengatakan dalam pembacaan keputusan bahawa hukum harus melindungi "hak keperawanan" Chen.
"Melanggar hak keperawanan boleh merosak tubuh, kesihatan, kebebasan, dan reputasi seseorang sehingga harus ada gantirugi," demikian keputusan hakim meski tidak dijelaskan bagaimana hakim boleh menentukan besaran kompensasi yang diberikan itu.
Li, sang terdakwa, tidak hadir dalam mahkamah. Namun, melalui peguamnya , Li membantah telah berhubungan seksual dengan Chen.
Kes ini mendapat tanggapan cukup ramai di dunia maya. Salah seorang pengguna laman media sosial Weibo mempertanyakan keputusan hakim itu.
"Boleh dipahami seseorang menuntut kompensasi setelah menjadi korban penipuan. Namun, apa itu hak keperawanan? Dan apa dasar hukumnya?" kata seorang pengguna Weibo.
"Undang-undang China masih mempermasalahkan hak keperawanan, itu sangat seksis," kata seorang pengguna Weibo lainnya bernama Su Qinglian.
Chen mengatakan, kekasihnya itu menipunya dengan mengaku sebagai bujang dan berjanji akan menikahinya. Demikian sejumlah media di Shanghai melaporkan, Rabu (17/9/2014).
Seorang jurucakap mahkamah wilayah Pudong membenarkan kes ini dan keputusan hakim yang menyertai kes tersebut. Namun, dia mengatakan, lelaki itu memutuskan untuk buat rayaun.
Kisahnya bermula ketika Chen bertemu kekasihnya itu melalui internet pada 2009, tetapi baru mulai berkencan pada 2013. Keduanya kemudian berkunjung ke Singapura. Hubungan mereka berlanjutan lebih jauh. Demikian ungkap media online The Paper.
Sepulangnya dari Singapura, lelaki yang hanya disebut dengan nama keluarga Li itu memutuskan perhubungan dengan Chen. Akibatnya, Chen mendatangi kediaman Li dan menemui lelaki itu bersama isterinya.
Situasi itu membuat Chen saman Li kerana dianggap membuat dia kehilangan keperawanan dan menuntut gantirugi lebih dari 50,000 poundsterling
Dalam perbicaraan, hakim menilai tuntutan Chen terlalu berlebihan, tetapi mengatakan dalam pembacaan keputusan bahawa hukum harus melindungi "hak keperawanan" Chen.
"Melanggar hak keperawanan boleh merosak tubuh, kesihatan, kebebasan, dan reputasi seseorang sehingga harus ada gantirugi," demikian keputusan hakim meski tidak dijelaskan bagaimana hakim boleh menentukan besaran kompensasi yang diberikan itu.
Li, sang terdakwa, tidak hadir dalam mahkamah. Namun, melalui peguamnya , Li membantah telah berhubungan seksual dengan Chen.
Kes ini mendapat tanggapan cukup ramai di dunia maya. Salah seorang pengguna laman media sosial Weibo mempertanyakan keputusan hakim itu.
"Boleh dipahami seseorang menuntut kompensasi setelah menjadi korban penipuan. Namun, apa itu hak keperawanan? Dan apa dasar hukumnya?" kata seorang pengguna Weibo.
"Undang-undang China masih mempermasalahkan hak keperawanan, itu sangat seksis," kata seorang pengguna Weibo lainnya bernama Su Qinglian.
| Editor | : Ervan Hardoko |
| Sumber | : The Telegraph/KOMPAS.com |
No comments:
Post a Comment