Thursday, September 4, 2014

Rumah Sakit Kenya Gunakan Terapi Ulat Hidup Untuk Luka

04/09/2014 
 
Gambar hiasan
Para pesakit di Kenya akan mulai mendapat terapi ulat hidup sebagai sebahagian dari pengubatan yang telah diuji melalui sebuah kajian.

Kaedah penggunaan ulat untuk menyembuhkan luka diyakini amat efektif dan efisien mengingat biaya perubatan di negara itu amat tinggi bagi warga awam.

"Hasilnya bagus. Para pesakit  yang tadinya harus dirawat selama tiga bulan di sini setelah masa operasi dan diberi ubat antibiotik yang mahal dapat meninggalkan rumah sakit dalam dua hingga tiga minggu (kerana menggunakan terapi ulat)," kata Dr Christopher Kibiwot, salah satu anggota pasukan peneliti di Kenyatta National Hospital.

Terapi ulat ini sudah digunakan sejak dulu. Tapi pengubatan modern menjadi pilihan sejumlah rumah sakit setelah penemuan penisilin dan pengembangan antibiotik pada abad ke-20.

Meski demikian, sehubungan dengan tidak terjangkaunya biaya perubatan di negara-negara miskin serta ketahanan akan antibiotik yang kian berkembang, para doktor mulai mencari beberapa alternatif pengubatan.

"Pada dasarnya ulat memakan jaringan daging yang mati atau yang kita sebut jaringan nekrotik. Dengan demikian, ulat-ulat itu bersaing dengan bakteria dan mencegah bakteria berkembang. Ini adalah salah satu cara penyembuhan tanpa menggunakan ubat-ubat antibiotik," jelas Dr Kibiwot.

Untuk memproduksi ulat, para peneliti sengaja mengumpulkan lalat botol hijau di Kenya Agricultural Research Institute (Kari).

Phoebe Mukiria, seorang ahli serangga dari Kari yang mengawasi produksi ulat, mengatakan alasan khusus mengapa spesies lalat itu dipilih ialah kerana mereka menghasilkan ulat yang memakan jaringan kulit mati.

"Metode ini membersihkan luka dan tidak merosak jaringan daging hidup sehingga anda tidak merasa sakit," katanya.

No comments:

Post a Comment