2 September 2014
Sisa-sisa Universiti Nalanda, India yang didirikan pada abad ke-5 kemudian hancur setelah diserbu Turki pada abad ke-12.
NEW DELHI, Universiti
Nalanda, India, salah satu universiti tertua di dunia, kembali memulai
perkuliahan, pada 1/9/2014, setelah hampir 830 tahun setelah hancur
akibat penyerbuan pasukan Turki.
Mahasiswa yang akan kuliah di Nalanda dipilih dari sekitar 1,000 pelamar yang mengikuti beberapa ujian, menurut harian The Indian Express.
Para mahasiwa mencakup dekan universiti di Bhutan dan seorang mahasiswa S2 dari Jepun. Dua fakulti pertama yang dibuka adalah Ekologi dan Lingkungan serta Sejarah.
Pihak universiti telah mendapatkan lebih dari 180 hektar tanah di daerah kaki bukit Rajgir, namun pembangunan baru akan dimulai Februari tahun depan.
Kompleks universiti lengkap akan selesai pada 2020. Ketika itu universiti ini memiliki tujuh fakulti, semua untuk mahasiswa tingkat master dan doktorate. Nantinya universiti ini akan menawarkan perkuliahan di bidang sains, filsafat dan spiritual serta ilmu-ilmu sosial.
Nalanda, adalah salah satu universitai pertama dunia yang memberikan akomodasi berupa asrama bagi anak didiknya. Di masa keemasannya, Nalanda menampung 10,000 mahasiswa dan 2,000 orang tenaga pengajar .
Salah seorang cendekiawan Dinasti Tang, Xuanzang menghabiskan waktu selama 15 tahun belajar dan mengajar di Nalanda.
Berdasarkan catatan sejarah, Universiti Nalanda tiga kali mengalami penghancuran namun hanya dua kali dibangun kembali. Penghancuran pertama adalah akibat serbuan bangsa Hun yang dipimpin Mihirakula pada masa kekuasaan Raja Skandagupta (455-467).
Penerus Raja Skandagupta langsung membangun semula Nalanda bahkan dibangun dengan jauh lebih megah dan memberikan lebih banyak sumber daya agar universiti itu bioleh bertahan lebih lama.
Penghancuran kedua adalah akibat serbuan kerajaan Gauda dari Bengal pada awal abad ketujuh. Seperti sebelumnya, Nalanda kembali diperbaiki kali ini oleh Raja Harshavardana (606-648).
Kehancuran ketika terjadi pada 1193 ketika bangsa Turki menyerbu di bawah pimpinan Bakhtiyar Khilji. Serangan ini dilihat para pakar sejarah sebagai awal menurunnya pengaruh agama Buddha di India.
Sejarawan Persia Mihaj-i-Siraj, dalam babad tulisannya Tabqat-i-Nasiri, melaporkan bahawa ribuan pendeta Buddha dibakar hidup-hidup dan ribuan lainnya dipenggal tak lama setelah serbuan Turki itu.
Editor | : Ervan Hardoko |
Sumber | : BBC Indonesia/ KOMPAS.com |
No comments:
Post a Comment