26/11/14
Ada
pemandangan berbeda di Perpustakaan Awam Kota Hangzhou. Saban hari,
datang lelaki-lelaki berpakaian lusuh membaca buku, akhbar, bahkan mengakses
Internet.
Mereka adalah tunawisma setempat. Jumlah mereka bahkan lebih ramai dibandingkan pelajar atau pegawai.
Salah seorangnya adalah Zhang Kai. Tunawisma 76 tahun ini sehari-hari
menyambung hidup sebagai pemungut barang terpakai. Dia mengaku datang ke perpustakaan
murni untuk membaca, bukan sekadar numpang tidur atau mencari makanan percuma. Sebelum baca buku, Kai selalu mencuci tangan supaya lembaran
kertas tidak kotor oleh tangannya yang kadang penuh debu atau noda.
"Saya suka baca buku. Membaca dapat mengurangi rasa sedih kerana
penderitaan hidup," ujarnya seperti dilansir stesyen televisyen CCTV News,
Selasa (25/11).
Tunawisma lainnya, bernama Chen Hu, mengaku suka membaca akhbar dan
jurnal untuk mengetahui isu-isu dunia terbaru. Dia mengaku masih
berusaha mencari pekerjaan tetap. Bila perpustakaan tutup jam 9 malam, maka
dia beralih ke pelataran bank di bangunan sebelah untuk tidur.
Ketua Perpustakaan Hangzhou Liang Liang mengaku pihaknya mengizinkan
gelandangan, pengemis, ataupun pemulung membaca sepanjang hari.
Kebijakan itu sudah berjalan 28 tahun terakhir.
"Mereka tidak bermaksud buruk. Mereka hanya ingin membaca, kenapa harus dilarang," ujarnya.
sumber: Merdeka.com
Tak sekadar mengizinkan mereka baca dan membaur dengan pengunjung
lain, pihak perpus juga menyediakan air minum gratis, sambungan Internet
lewat wi-fi, serta membolehkan para tunawisma duduk di ruang baca
berpendingin udara.
"Kami membolehkan mereka membawa barang-barang bawaan, termasuk benda
rongsokan bila mereka bekerja sebagai pemulung. Tapi kalau perpus
tutup, kami minta mereka tidak lupa membawa kembali barang-barang itu,"
kata Liang.
Masyarakat mengagumi kebijakan perpustakaan ini. Koran setempat
menobatkan lembaga itu sebagai "perpustakaan paling hangat di seantero
China"
Sumber: Merdeka.com
No comments:
Post a Comment