Friday, November 7, 2014

Presiden Turki Pindah ke Istana Terbesar di Dunia

6/11/14
 
Telegraph Istana kepresidenan Turki di Ankara.

ANKARA, KOMPAS.com — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kini secara resmi tinggal di istana terbesar di dunia yang dibangun dengan harga 384 juta poundsterling .

Tempat tinggal Erdogan itu disebut Istana Putih, yang dibangun di area hutan lindung di ibu kota Ankara. Pembangunan istana itu tetap berlangsung meski mahkamah sudah melarangnya.

Istana ini memiliki 1,000 bilik   dengan total luas mencapai 3.1 juta kaki persegi. Artinya, luas istana ini empat kali lebih luas dibandingkan Istana Versailles, Perancis.

Di dalam istana ini terdapat sebuah ruangan serba guna yang sangat besar yang merupakan gabungan antara tradisi Ottoman dan Seljuk. Kamar mandi istana ini dilapisi sutera dan seluruh bangunan megah itu dikelilingi sebuah taman hutan.

Erdogan, yang merancang sebagian besar istana itu, juga telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi, misalnya membangun bungker bawah tanah.

Menteri Kewangan Turki Mehmet Simsek mengatakan, biaya pembangunan istana itu mencapai Rp 7,5 triliun atau dua kali ganda dari perkiraan biaya semula. Sebagian pihak mengkritik pembangunan istana megah itu yang disebut tak lain sebagai sebuah projek mercusuar semata.

"Sang 'Sultan' membangun istana mewah, padahal tiga juta rakyatnya menderita tanpa pekerjaan sama sekali," kata Kemal Kilicdaroglu, pemimpin Parti Rakyat Republik yang menjadi pembangkang.

"Anda (Erdogan) membabat ratusan batang pohon hanya untuk membangun istana peribadinya," tambah Kemal.

Erdogan sebelumnya menjawat Perdana Menteri Turki selama 11 tahun sebelum mencalonkan diri menjadi presiden negeri itu.

Meski Parti AKP yang mendukungnya tidak menguasai dua pertiga suara parlimen, tetapi ambisi Erdogan untuk menjadikan jabatan presiden lebih berkuasa dibanding peranan seremonial yang selama ini dijalankan.

Selain membangun istana megah, Erdogan juga menghabiskan 115 juta poundsterling  untuk membeli pesawat kepresidenan.
Editor : Ervan Hardoko
Sumber: The Telegraph

No comments:

Post a Comment