23/12/14
KOMPAS.com
Seorang wanita Yazidi yang terpaksa meninggalkan kediamannya di kota Sinjar,
Irak yang diduduki ISIS menangis ketika tiba di sebuah tempat penampungan
di wilayah otonomi Kurdis.
Militan ISIS mengendalikan sebuah wilayah luas di Irak sejak Jun
lalu. Kelompok itu mendeklarasikan sebuah kekhalifahan lintas perbatasan
yang juga meliputi sebahagian wilayah Syria dan melakukan serangkaian
pelanggaran keji di kedua negara itu.
Kelompok itu telah menyasar kaum Yazidi
dan kelompok minoriti lainnya di Irak utara. Menurut Amnesty, ISIS
telah melakukan pembersihan etnik, membunuh warga awam dan memperbudak
orang lain sehingga membuat sejumlah korbannya beranggapan bahawa mereka
lebih baik mati dari tetap hidup tetapi diperbudak.
"Banyak dari mereka yang ditahan sebagai budak seksual adalah
anak-anak, anak-anak perempuan berusia 14, 15 tahun atau bahkan lebih
muda," kata Donatella Rovera, penasihat senior Amnesty dalam sebuah
pernyataan. Lembaga itu mengatakan bahawa ramai dari para pelaku
merupakan petempur ISIS atau orang-orang yang menjadi pendukung kelompok
itu.
Seorang gadis 19 tahun bernama Jilan bunuh diri kerana takut dirinya
akan diperkosa, kata Amnesty yang mengutip keterangan kakak gadis itu.
Seorang gadis lain yang ditahan bersamanya tetapi kemudian berhasil
melarikan diri membenarkan keterangan tersebut. Gadis yang selamat itu
mengatakan, "Suatu hari kami diberi pakaian yang tampaknya seperti
kostum tari dan diberitahu untuk mandi lalu memakai baju-baju itu. Jilan
bunuh diri di kamar mandi. Dia melukai pergelangan tangannya dan
gantung diri. Dia sangat cantik. Saya fikir dia tahu dia akan dibawa
pergi oleh seorang lelaki dan itulah sebabnya dia bunuh diri."
Seorang mantan tawanan lainnya mengatakan kepada Amnesty bahawa dia
dan adiknya menuoba bunuh diri agar bebas dari pernikahan paksa, tetapi
dihentikan untuk melakukan itu. "Kami mengikat syal di leher dan saling
menarik sekencang yang kami boleh , sampai saya pengsan ... Saya tidak oleh berbicara selama beberapa hari setelah itu," kata Wafa (27 tahun)
kepada kelompok hak asasi itu.
Amnesty Internasional juga menceritakan kisah gadis 16 tahun bernama
Randa, yang diculik bersama keluarganya dan diperkosa seorang lelaki yang
usianya dua kali usia gadis itu. "Sangat menyakitkan apa yang mereka
lakukan terhadap saya dan keluarga saya," kata Randa.
Rovera mengatakan, "Penderitaan fisikal dan psikologis para perempuan
yang mengalami kekerasan seksual yang mengerikan itu merupakan bencana.
Banyak dari mereka telah diseksa dan diperlakukan sebagai budak. Bahkan
mereka yang berhasil melarikan diri tetap saja sangat trauma."
Sebuah koalisi pimpinan AS kini tengah melakukan serangan udara
terhadap ISIS di Irak dan Syria dalam usaha untuk menghentikan kemajuan
kelompok itu.
No comments:
Post a Comment