Rabu, 29 April 2015

.Sejumlah lukisan akhir Sukumaran akan dipamerkan di Cilacap, Rabu (29/4/2015).
Sesuai dengan permintaan terakhirnya sebelum dieksekusi, pesalah hukuman mati Myuran Sukumaran ingin terus melukis hingga saat-saat terakhir. Salah satu lukisan terakhirnya menampilkan merah putih dengan asosiasi darah yang menitis.
Dalam hari-hari terakhirnya, menjelang hukuman mati, Sukumaran mengekspresikan perasaannya melalui beberapa lukisan.
Salah satunya adalah lukisan wajahnya sendiri setelah diberikan pemberitahuan bahawa hidupnya akan berbaki 72 jam lagi.
Ia pun sempat melukis sebuah jantung, yang kemudian dibubuhi tanda tangan dari rakan-rakan banduan lainnya, dengan judul "Satu hati, satu rasa dalam cinta". Lukisan lainnya adalah darah yang menitis di atas metrah-putih, yang boleh diasosiasikan dengan bendera Indonesia.
Sukumaran dalam waktu 72 jam terakhirnya meminta diberikan waktu selama mungkin untuk melukis.
Dalam lukisan wajahnya sendiri, ia sempat menuliskan "Dua hari terakhir, Myuran Sukumaran, Penjara Besi, Nusakambangan".
Wajah Presiden Joko WIdodo dengan tulisan "Manusia Bisa Berubah" juga menjadi salah satu hasil karya terakhirnya.
Sukumaran mulai melukis di tahun 2012 ketika bertemu salah seorang temannya, yang kemudian menjadi mentor seninya, Ben Quilty. Ben adalah seniman yang pernah memenangi penghargaan Piala Archibald.
Quilty mengaku yang bakat Sukumaran sudah terlihat jelas. "Ia tahu bagaimana melukis, tanpa dilatih, tanpa membaca buku seni," katanya.
Sukumaran pernah melukis 28 wajah sendirinya dalam waktu dua minggu. Ia mendapat gelar seni dari Curtin University pada bulan Febuari tahun ini.
Selama berada di penjara Kerobokan, ia telah memberikan latihan melukis dan seni bagi rakan-rakan sesama banduan.
Beberapa hasil karya Sukumaran pernah dilelong di Melbourne, Australia dan dana yang terkumpul disumbangkan bagi program rehabilitasi melalui seni di penjara Kerobokan, Bali.
| Editor | : Tri Wahono |
| Sumber | : Australia Plus ABC |
No comments:
Post a Comment