20 Julai 2015
-Guo Zuqing sedang mengajar seorang murid
HUBEI — Sebuah sekolah rendah di sebuah kota
kecil di kawasan pergunungan di Daerah Xuan’en, Wilayah Hebei, China,
hanya mempunyai seorang murid dan seorang guru.
Tan Xianzi, berumur 6 tahun, menjadi satu-satunya murid di Sekolah Rendah Budaixi. Guo Zuqing menjadi satu-satunya guru yang mendidik. Dia mengajar kanak-kanak itu(Tan) mata pelajaran Bahasa Tionghoa dan Aritmatik . Sehari-hari, Guo mendidik Tan dalam pertemuan empat mata. Kadang-kadang, sang guru berumur 51 tahun itu juga menemani anak didiknya untuk bermain ketika jam istirehat makan siang.
Sekolah itu bukanlah sekolah yang baru berdiri. Umur sekolah itu sudah dibilang cukup tua, yaitu berumur 60 tahun. Pada masa jayanya, Budaixi juga membuka kelas hingga tingkat sekolah menengah rendah.
Namun, arus urbanisasi yang meningkat telah mengakibatkan ramai penduduk Xuan’en berpindah ke kota. Akibatnya, jumlah murid di sekolah itu pun terus merosot.
Seiring meningkatnya kesedaran akan pentingnya pendidikan, orangtua memilih untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah di kota besar, tempat mereka bermukim.
Pemerintah China menggolongkan sekolah itu sebagai sekolah mikro yang memiliki jumlah murid dan guru kurang dari 15 orang. Budaixi bukan satu-satunya sekolah mikro di kawasan itu, masih ada 35 sekolah lain yang juga dilabel sebagai sekolah mirko. Jika kondisi tersebut terus berlanjut, dibimbangi umur sekolah-sekolah itu tinggal menghitung tahun bahkan hari.
Orangtua Tan belum memutuskan apakah puterinya akan melanjutkan pendidikannya di Budaixi pada semester depan mengingat status Tan sebagai murid tunggal di sekolahnya.
Data Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan, China merupakan negara dengan jumlah migrasi internal tertinggi di dunia. Tercatat 340 juta warga negara itu telah berurbanisasi dalam kurun waktu 35 tahun terakhir. Diperkirakan kota-kota besar Tiongkok akan menerima 243 juta pendatang pada tahun 2025 nanti yang akan membuat jumlah penduduk kota besar menembus 1 billion orang.
Tan Xianzi, berumur 6 tahun, menjadi satu-satunya murid di Sekolah Rendah Budaixi. Guo Zuqing menjadi satu-satunya guru yang mendidik. Dia mengajar kanak-kanak itu(Tan) mata pelajaran Bahasa Tionghoa dan Aritmatik . Sehari-hari, Guo mendidik Tan dalam pertemuan empat mata. Kadang-kadang, sang guru berumur 51 tahun itu juga menemani anak didiknya untuk bermain ketika jam istirehat makan siang.
Sekolah itu bukanlah sekolah yang baru berdiri. Umur sekolah itu sudah dibilang cukup tua, yaitu berumur 60 tahun. Pada masa jayanya, Budaixi juga membuka kelas hingga tingkat sekolah menengah rendah.
Namun, arus urbanisasi yang meningkat telah mengakibatkan ramai penduduk Xuan’en berpindah ke kota. Akibatnya, jumlah murid di sekolah itu pun terus merosot.
Seiring meningkatnya kesedaran akan pentingnya pendidikan, orangtua memilih untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah di kota besar, tempat mereka bermukim.
Pemerintah China menggolongkan sekolah itu sebagai sekolah mikro yang memiliki jumlah murid dan guru kurang dari 15 orang. Budaixi bukan satu-satunya sekolah mikro di kawasan itu, masih ada 35 sekolah lain yang juga dilabel sebagai sekolah mirko. Jika kondisi tersebut terus berlanjut, dibimbangi umur sekolah-sekolah itu tinggal menghitung tahun bahkan hari.
Orangtua Tan belum memutuskan apakah puterinya akan melanjutkan pendidikannya di Budaixi pada semester depan mengingat status Tan sebagai murid tunggal di sekolahnya.
Data Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan, China merupakan negara dengan jumlah migrasi internal tertinggi di dunia. Tercatat 340 juta warga negara itu telah berurbanisasi dalam kurun waktu 35 tahun terakhir. Diperkirakan kota-kota besar Tiongkok akan menerima 243 juta pendatang pada tahun 2025 nanti yang akan membuat jumlah penduduk kota besar menembus 1 billion orang.
Penulis | : Kontributor Singapura, Ericssen |
Editor | : Egidius Patnistik/Kompas.com |
No comments:
Post a Comment