Khamis 11 Oktober 2018
Jamal Khashoggi. (Foto: Getty Images)
JAMAL Khashoggi meniti karier sebagai
seorang reporter ketika dia sudah berteman dengan Osama bin Laden,
sampai kemudian menjadi pembangkang terkemuka Arab Saudi yang terpaksa
meninggalkan negaranya.
Sebelum hilang di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, keputusan
Khashoggi untuk mengasingkan diri membuatnya harus membagi waktunya
antara Amerika Syarikat, Britain dan Turki.
Dia meninggalkan Arab Saudi pada bulan September 2017, setelah berbeda pendapat dengan penguasa kerajaan Arab Saudi.
Dari luar negeri, dia menyebarkan pandangan kritis terhadap
pemerintah Saudi melalui kolomnya di akhbar Amerika Syarikat, Washington
Post, dan akaun Twitternya yang sangat popular dengan lebih 1.6 juta
pengikut.
Lelaki berumur 59 tahun ini memulai kerjayanya sebagai wartawan di Arab
Saudi setelah lulus dari sebuah universitai Amerika di tahun 1985.
Selama bekerja di akhbar al-Madina di tahun 1990-an, dia banyak
menulis tentang milisi berhaluan Islam yang pergi ke Afghanistan untuk
melawan invasi Soviet.
Dia beberapa kali mewawancarai seorang lelaki Arab Saudi, Osama bin
Laden, yang dia katakan telah dikenalnya sejak masih muda. Ketika itu bin
Laden belum menjadi tokoh yang dikenal di Barat sebagai pemimpin
al-Qaida.
Khashoggi mengunjungi bin Laden di gua-gua pergunungan Tora Bora, selain mewawancarainya di Sudan pada tahun 1995.
Beberapa tahun kemudian, Khashoggi sendiri diwawancarai media
Jerman, Der Spiegel pada tahun 2011 terkait dengan hubungannya dengan
Osama bin Laden.
Khashoggi mengakui telah menyebarkan pandangan bin Laden di masa
lalu dengan menggunakan cara tidak demokratik seperti menyusupi sistem
politik atau menggunakan kekerasan untuk membebaskan dunia Arab dari
rezim korupsi.
Membela reformasi
Sejak saat itu, wartawan ini menjadi salah seorang pemikir progresif
yang paling banyak menyatakan pandangan tentang negaranya. Khashoggi
sering dikutip media Barat sebagai seorang ahli radikalisme Islam.
Dia juga dipandang sebagai salah seorang yang berada di dalam
lingkaran dalam sistem Saudi kerana banyak mengenal orang penting. Ia
juga bergaul dengan keluarga kerajaan.
Khashoggi bekerja di sejumlah media Arab dan saluran TV, memulai kerjaya sebagai wartawan asing sampai menjadi pemimpin redaksi.
Tetapi dia harus dua kali meninggalkan pekerjaannya di akhbar
al-Watan, di tahun 2003 dan 2010, kerana tulisannya yang kritis terhadap
kelompok Islam yang mendominasi Arab Saudi, pendukung Salafisme yang
dikenal akan pemahaman agama yang ketat.
Di antara tahun-tahun itu, Khashoggi meninggalkan Saudi untuk
menjadi penasihat media Putera Saudi, Turki al-Faisal, mantan pemimpin
intelijen yang menjadi duta besar Saudi untuk GB dan kemudian
untuk AS.
Tahun 2010, billionare Saudi, Alwaleed bin Talal menugaskan Jamal
Khashoggi untuk memimpin stesyen TV barunya yang bermarkas di Bahrain.
Pergolakan Arab
Al-Arab dipandang sebagai saingan Al-Jazeera yang didanai Qatar.
Tetapi tidak lama setelah dilancarkan, stesyen TV baru di bawah
pimpinan Khashoggi ini ditutup kerana menyiarkan wawancara dengan tokoh pembangkang Bahrain.
Sementara itu Khashoggi juga memberikan sejumlah wawancara dengan
media asing, mengecam monarki absolut Arab Saudi dengan mengatakan
sistem demokrasi diperlukan bagi kestabilan negara di masa depan.
Ketika pergolakan Arab pecah, Khashoggi berpihak pada kelompok pembangkang yang mendesak perubahan di Mesir dan Tunisia.
Pandangannya sangat bertolak belakang dengan kebijakan resmi Kerajaan Saudi, yang memandang pemberontakan Arab sebagai ancaman.
Beda pendapat terkait Trump
Pada bulan Disember 2016, ketika Putera Mahkota Saudi membina
hubungan dengan presiden AS yang baru terpilih, Donald Trump, Khashoggi
dilaporkan mempersoalkannya.
Sejumlah laporan media Arab mengisyaratkan tulisannya tentang masalah ini telah disensor.
Khashoggi juga kritis terhadap keputusan pemerintah Saudi
yang memutus hubungan dengan Qatar. Dia mendesak kerajaan itu berteman
dengan Turki terkait dengan sejumlah masalah kawasan. Negara itu
dipandang dekat dengan Qatar.
Wartawan veteran ini lalu pergi ke AS pada bulan September 2017.
Khashogi menuduh pemimpin de-facto Arab Saudi, Putera Mahkota Mohammed
bin Salman, telah menindas para pemprotes.
'Bertingkah laku mirip Putin'
"Saya meninggalkan rumah saya, keluarga saya dan pekerjaan saya
dan saya menyuarakan pandangan saya dengan tegas," katanya," jika tidak
melakukannya sama saja dengan mengkhianati orang-orang yang dipenjara.
Saya boleh bersuara, sementara banyak orang lain tidak boleh."
"Saya boleh mengatakan Mohammed bin Salman bertingkah laku seperti
Putin. Dia menerapkan hukum dengan sangat berpihak," tulisnya melalui kolomnya di Washington Post.
Khashoggi melanjutkan kritikannya terhadap pemimpin Saudi sampai dia memasuki bangunan konsulat di Istanbul.
Itulah terakhir kalinya dia terdeteksi.
sumber:Agregasi BBC Indonesia
No comments:
Post a Comment