Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu , askar Belanda bersenjatakan senapang dengan teknologi mutakhir pada zamannya, sementara askar Dayak umumnya hanya bersenjatakan sumpit. Akan tetapi, askar Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit jika di banding dengan prajurit Dayak ditembak peluru.
Yang membuatkan penjajah takut adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan perang, prajurit Dayak mencelup mata anak sumpit dengan getah pokok ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damak.
"Itu sebabnya, tak heran penjajah Belanda kata, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," kata Pembina Komuniti Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Datangnya dalam senyap sunyi, tidak disedari musuh , tiba-tiba saja satu per satu askar Belanda terbujur mati, membuatkan rakan yang hidup membujur lari lentang pukang. Dahsyat nya kecepatan dan ketepatan sumpit tidak dapat ditandingi oleh peluru timah.
Kalau terkena sumpit di bahagian mana pun di tubuh mangsa, tak sampai lima minit pasti askar Belanda yang awalnya kejang akan mati .
Tetapi sebaliknya, kalau terkena peluru, kalau tidak tepat sasaran, belum tentu lagi mangsa akan mati.
"Sebab itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya muncul di pedalaman.
http://selokartojaya.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment