Praktik pemasungan ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga terjadi di Kanada. Seorang pria berusia 21 tahun dikurung dalam kotak kayu selama delapan minggu karena mencuri ayam.
Dialah Johan, dia dikurung oleh ayah kandungnya sendiri, David Knelsen yang juga seorang penganut Kristen Menonit yang tinggal di Bolivia. Knelsen mengaku kalau putranya ini telah mencuri 3 ekor ayam.
Dialah Johan, dia dikurung oleh ayah kandungnya sendiri, David Knelsen yang juga seorang penganut Kristen Menonit yang tinggal di Bolivia. Knelsen mengaku kalau putranya ini telah mencuri 3 ekor ayam.
Namun, Johan sendiri membantah kalau dirinya telah mencuri 3 ekoar ayam. Saya pergi, dan ketika pulang mereka marah. Beberapa orang mengikat saya lalu memasukkan saya ke dalam kota ini delapan minggu lalu,” katanya kepada media lokal.
Selama dua bulan, Johan melakukan semua kegiatan di dalam kotak berukuran 1,8X2,7 meter itu. Dia bisa berkomunikasi dengan orang luar melalui lubang kecil..
Polisi mendatangi rumah keluarga Knelsen begitu mendapat informasi tentang pengurungan itu pada Kamis (16/6/2011). Mereka harus memaksa Knelsen mengeluarkan putranya karena dia bersikukuh Johan sakit mental dan harus dihukum. Beberapa media lokal melaporkan Johan juga dihukum karena menggunakan ponsel.
Begitu kotak itu dibuka dan Johan keluar dari dalamnya, terlihat beberapa botol berisi cairan berwarna kekuningan dan dua buah bantal. Menurut Johan, botol itu berisi urine.
“Saya makan dan tidur di sini. Melakukan semuanya di sini. Makan dan minum, dan mandi di sini,” kata Johan.
Jaksa setempat, Ever Merida, cukup geram mengetahui kasus itu. “Menyiksa anak secara fisik dan mental merupakan pelanggaran undang-undang Bolivia,” kata Merida.
David Knelsen bisa dikenai pasal percobaan pembunuhan dan penyiksaan.
Keluarga Knelsen tinggal di wilayah Tres Cruces, Bolivia. Di wilayah itu lebih dari 40.000 penganut Kristen Menonit asal Kanada dan Meksiko tinggal.
Menonit adalah sekte fundamentalis Kristen yang menerapkan ajaran Alkitab secara ketat. Mereka menolak penggunaan teknologi.
No comments:
Post a Comment