24 April 2013
catatan idahsalam
(newsbite.it)
Liputan6.com, Keperawanan bagi dua lansia (lanjut usia)
bersaudara dari Afrika Selatan merupakan hal sangat penting. 'Mahkota'
ini harus dipersembahkan pada pasangan yang sesuai. Kerana itu, Ngipheni
Ngcobo (60) dan Badumile Ngcobo (96), merasa bangga kerana masih
perawan.
Ngipheni dari KwaMafunza mengatakan, semasa muda bercita-cita ingin ada lelaki yang menikahinya asal boleh memberikannya rumah yang indah dan mau mengurusnya. Tapi, harapannya tak pernah wujud.
"Saya menunggu lelaki yang tepat hingga usia saya 43 tahun dan kemudian saya kehilangan harapan. Saya tak bertemu dengan lelaki yang sesuai menjadi suami saya," kata Ngipheni seperti dikutip Newsbite, Selasa (23/4/2013).
Semua lelaki yang dikenalkan kepadanya, menurut Ngipheni, tak ada yang sesuai dengan yang diharapkan. Kini, dia sendirian dan tak lagi berharap ada lelaki yang boleh mendampinginya.
"Ketika saya berusia 26 tahun, saya berhubungan dengan seorang lelaki dan kami berharap dapat membangun kehidupan masa depan yang cerah bersama. Kami tidak tidur baring kerana saat itu ada cara bagi wanita yang belum menikah untuk boleh melakukan hubungan seks tanpa penetrasi".
"Kami melakukan segala sesuatu dengan cara tradisional tapi itu tak berhasil. Saya mendengar dia menemukan wanita lain yang sudah tidak perawan dan kami putus," ujarnya.
Nomagugu Ngobese dari Nomkhubulwane Culture and Youth Development Organisation mengatakan, tak ada yang salah jika kedua wanita itu memutuskan tetap menjaga keperawanannya di usianya yang sudah tak muda lagi.
"Lebih baik menjaga keperawanan anda sampai maut menjemput dibandingkan ganti-ganti pasangan bercinta. Menjaga keperawanan itu masalah pilihan. Saya bangga dengan mereka. Yang muda harus belajar dari Mereka," katanya. (Mel/Abd)detikHealth
Ngipheni dari KwaMafunza mengatakan, semasa muda bercita-cita ingin ada lelaki yang menikahinya asal boleh memberikannya rumah yang indah dan mau mengurusnya. Tapi, harapannya tak pernah wujud.
"Saya menunggu lelaki yang tepat hingga usia saya 43 tahun dan kemudian saya kehilangan harapan. Saya tak bertemu dengan lelaki yang sesuai menjadi suami saya," kata Ngipheni seperti dikutip Newsbite, Selasa (23/4/2013).
Semua lelaki yang dikenalkan kepadanya, menurut Ngipheni, tak ada yang sesuai dengan yang diharapkan. Kini, dia sendirian dan tak lagi berharap ada lelaki yang boleh mendampinginya.
"Ketika saya berusia 26 tahun, saya berhubungan dengan seorang lelaki dan kami berharap dapat membangun kehidupan masa depan yang cerah bersama. Kami tidak tidur baring kerana saat itu ada cara bagi wanita yang belum menikah untuk boleh melakukan hubungan seks tanpa penetrasi".
"Kami melakukan segala sesuatu dengan cara tradisional tapi itu tak berhasil. Saya mendengar dia menemukan wanita lain yang sudah tidak perawan dan kami putus," ujarnya.
Nomagugu Ngobese dari Nomkhubulwane Culture and Youth Development Organisation mengatakan, tak ada yang salah jika kedua wanita itu memutuskan tetap menjaga keperawanannya di usianya yang sudah tak muda lagi.
"Lebih baik menjaga keperawanan anda sampai maut menjemput dibandingkan ganti-ganti pasangan bercinta. Menjaga keperawanan itu masalah pilihan. Saya bangga dengan mereka. Yang muda harus belajar dari Mereka," katanya. (Mel/Abd)detikHealth
No comments:
Post a Comment