PBB mengatakan warga Somalia meninggal dunia sia-sia kerana masyarakat kurang tanggap.
PBB mengecam keras tanggapan internasional atas kelaparan
di Somalia setelah terungkap lebih dari 260,000 orang meninggal dunia,
jauh lebih besar dari perkiraan.
Separuh jumlah korban adalah anak-anak di bawah umur lima tahun.
Wakil Kepala Organisasi Makanan dan Pertanian PBB di
Somalia Rudi Van Aaken menekankan banyak di antara korban meninggal
seharusnya dapat dihindari apabila dilakukan penanganan awal sebelum
bencana kelaparan diumumkan secara resmi.
"Saya fikir pelajaran utama yang kita petik adalah
komuniti kemanusiaan harus siap mengambil tindakan awal, memberikan
tanggapan awal ketika berbagai survei menyebutkan bahawa bila keadaan
dibiarkan maka akan terjadi kelaparan," kata Rudi Van Aaken kepada BBC,
Khamis (02/05).
Banyak faktor
Ia menambahkan tanggapan yang diberikan setelah bencana
kelaparan diumumkan tidak efektif. Separuh jumlah korban jiwa meninggal
dunia sebelum bencana kelaparan diumumkan.
Berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
dan Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, puluhan ribu orang
meninggal dunia karena komunitas internasional lambat bertindak terhadap
tanda-tanda kelaparan pada 2010.
Salah seorang penyusun laporan Dr Francesco Checci mengatakan terdapat banyak faktor yang menyumbang terjadinya kelaparan.
"Sebagian hal yang terjadi dalam masalah kelaparan adalah
epidemi nasional campak, kolera. Ada banyak pengungsi dalam negeri dan
pengungsi luar negeri, dan Anda tahu persis bahwa kondisi di pengungsian
berisiko menimbulkan penyakit-penyakit menular," katanya.
Pemerintah Inggris sebelumnya memperkirakan sebanyak
50.000 hingga 100.000 orang meninggal dunia dalam krisis pangan antara
2010 hingga 2012.
Sumber: BBC Indonesia
No comments:
Post a Comment