13/06/2014
Victoria - Membunuh bayi berusia 10
bulan dengan keji, seorang lelaki Australia dihukum penjara seumur hidup.Lelaki ini memukul bayi laki-laki tersebut dengan tongkat sebanyak 30
kali hingga mati, ketika merompak rumah orang.
Harley Hicks (21)terpaksa mendekam di dalam penjara setidaknya selama 32 tahun kerana membunuh Zayden Veal-Whitting pada tahun 2012 lalu. Dalam pengadilan terungkap bahawa Hicks memukul bayi tersebut dengan tongkat di bahagian wajah, kepala, dan tubuh.
Dalam perbicaraan, Hicks membantah dakwaan pembunuhan yang dijeratkan kepadanya. Hakim Mahkamah Agung setempat, Stephen Kaye menyebut, Hicks sama sekali tidak menunjukkan rasa penyesalan atas perbuatan kejinya.
"Dia (Zayden-red) benar-benar tidak berbahaya dan tidak berdaya. Setiap manusia bahkan dengan sedikit rasa kesusilaan dan kemanusiaan boleh merasakan hiba, kelembutan, dan rasa ingin melindungi terhadap seorang bayi dalam kondisi seperti itu," kata hakim Kaye ketika membacakan keputusannya, seperti dilansir AFP, Jumaat (13/6/2014).
"Sebaliknya,a nda malah melakukan tindakan brutal, dengan alat mematikan, terhadap bayi tersebut. Anda meremukkan tulang tengkoraknya, anda dengan kejam memukulinya dengan sedikitnya 30 kali pukulan," terangnya.
"Nyaris tidak boleh terbayangkan, seorang manusia boleh melakukan kejahatan yang memuakkan seperti yang telah anda lakukan. Hal yang anda lakukan benar-benar dan sungguh-sungguh jahat," sebut hakim Kaye.
Diungkapkan dalam perbicaraan bahawa Hicks mengaku kepada polis , dirinya sedang dalam pengaruh dadah ketika melakukan hal keji tersebut. Namun Hicks tidak memberikan alasan ataupun motifnya melakukan penyerangan kepada bayi tersebut.
Sedikitnya 11 kereta dan sejumlah rumah warga di wilayah Bendigo, Victoria, Australia rosak ketika malam pembunuhan tersebut. Hicks mengakui seluruh dakwaan kerosakan tersebut, namun dia membantah telah membunuh si bayi. Namun sejumlah benda yang disita dari rumah Hicks dan juga tongkat yang menjadi senjata pembunuh, telah ditemui polis.
Harley Hicks (21)terpaksa mendekam di dalam penjara setidaknya selama 32 tahun kerana membunuh Zayden Veal-Whitting pada tahun 2012 lalu. Dalam pengadilan terungkap bahawa Hicks memukul bayi tersebut dengan tongkat di bahagian wajah, kepala, dan tubuh.
Dalam perbicaraan, Hicks membantah dakwaan pembunuhan yang dijeratkan kepadanya. Hakim Mahkamah Agung setempat, Stephen Kaye menyebut, Hicks sama sekali tidak menunjukkan rasa penyesalan atas perbuatan kejinya.
"Dia (Zayden-red) benar-benar tidak berbahaya dan tidak berdaya. Setiap manusia bahkan dengan sedikit rasa kesusilaan dan kemanusiaan boleh merasakan hiba, kelembutan, dan rasa ingin melindungi terhadap seorang bayi dalam kondisi seperti itu," kata hakim Kaye ketika membacakan keputusannya, seperti dilansir AFP, Jumaat (13/6/2014).
"Sebaliknya,a nda malah melakukan tindakan brutal, dengan alat mematikan, terhadap bayi tersebut. Anda meremukkan tulang tengkoraknya, anda dengan kejam memukulinya dengan sedikitnya 30 kali pukulan," terangnya.
"Nyaris tidak boleh terbayangkan, seorang manusia boleh melakukan kejahatan yang memuakkan seperti yang telah anda lakukan. Hal yang anda lakukan benar-benar dan sungguh-sungguh jahat," sebut hakim Kaye.
Diungkapkan dalam perbicaraan bahawa Hicks mengaku kepada polis , dirinya sedang dalam pengaruh dadah ketika melakukan hal keji tersebut. Namun Hicks tidak memberikan alasan ataupun motifnya melakukan penyerangan kepada bayi tersebut.
Sedikitnya 11 kereta dan sejumlah rumah warga di wilayah Bendigo, Victoria, Australia rosak ketika malam pembunuhan tersebut. Hicks mengakui seluruh dakwaan kerosakan tersebut, namun dia membantah telah membunuh si bayi. Namun sejumlah benda yang disita dari rumah Hicks dan juga tongkat yang menjadi senjata pembunuh, telah ditemui polis.
membunoh bayi dapat balasan penjara seumur hidup?amat tidak adil hukuman buatan manusia,penjara seumur hidup bermakna ahli keluarga mangsa masih menanggong kos saraan pembunoh melalui cukai keatas pendapatan mereka dalam keadaan rela terpaksa.hukuman ciptaan allah swt adalah mantap terunggul.
ReplyDelete