Monday, August 18, 2014

Perkahwinan kontrovesi, lelaki Islam dan wanita Yahudi

  18 Ogos 2014
 
Reuters/Al Arabiya Pasangan pengantin Maral Malka dan Mahmoud Mansour tetap bergembira merayakan pernikahan mereka di pinggiran kota Tel Aviv meski menghadapi aksi protes kelompok ekstrem kanan Yahudi.

TEL AVIV,  Polis Israel, pada 17/8/2014 , mencegah sekitar 200 orang aktivis sayap kanan Israel yang "menyerbu" sebuah pesta perkahwinan antara seorang wanita Yahudi dan lelaki Muslim Arab di kota Tel Aviv.

Puluhan anggota polis , termasuk anggota pasukan khas polis , membuat rantai manusia untuk mencegah para penunjuk perasaan merangsek ke acara perkahwinan itu. Akibatnya, polis menahan empat orang penunjuk rperasaan.

Pasangan suami isteri itu, Maral Malka (23) dan Mahmoud Mansour (26), keduanya warga Jaffa, Tel Aviv, sebelumnya telah mencua meminta mahkamah melarang aksi tunjuk perasaan. Namun, usaha itu gagal.

Meski demikian, pasangan berbeda etnik dan agama itu mendapat dukungan dari  polis yang menjanjikan keselamatan dan menjaga para penunjuk perasaan berjarak 200 meter dari bangunan  pernikahan di kawasan Rishon Lezion, pinggiran Tel Aviv.

Aksi tunjuk perasaan yang diwarnai caci maki terhadap etnik Arab itu menunjukkan ketegangan antara warga Israel dari etnik Yahudi dan Arab selama dua bulan kebelakangan terkait konflik bersenjata di Gaza.

Sebuah kelompok ekstrem kanan Yahudi bernama Lehava dikenal kerap melakukan pelecehan terhadap pasangan suami isteri Yahudi-Arab. Tak jarang kelompok ini mengutip dalil-dalil agama untuk membenarkan penolakan mereka terhadap pernikahan antar-agama dan etnik ini.

Mahmoud Mansour mengatakan kepada stesyen televisyen Channel 2, meski kelompok Lehava mencerca dan mengecam pernikahan ini, mereka tidak boleh  membunuh semangat pesta pernikahannya. "Kami akan tetap berdansa dan bergembira hingga pagi. Kami merayakan kebahagiaan ini," ujar Mahmoud.

Para penunjuk perasaan, sebagian dari mereka adalah para pemuda berkemeja hitam, mengecam Malka, sang pengantin wanita yang terlahir sebagai Yahudi kemudian memeluk Islam ketika akan menikah.

Mereka menyebut Malka sebagai "pengkhianat Yahudi" dan meneriakkan slogan-slogan penuh kebencian, termasuk "Kematian bagi bangsa Arab". Mereka bahkan menyanyikan lagu yang berisi soal pembakaran desa-desa Arab.

Namun, Presiden Israel Reuven Rivlin, yang baru dilantik bulan lalu, mengatakan sangat perihatin dengan aksi protes ini sebagai perbuatan yang berlebihan dan memicu kemarahan. Bentuk lain dukungan Pemerintah Israel terhadap pernikahan ini adalah kehadiran Menteri Kesihatan Yael German, yang merupakan politisi aliran sederhana dalam kabinet Benyamin Netanyahu.

Warga Arab mencapai 20 peratus dari seluruh penduduk Israel, dan sebahagian besar warga Arab-Israel ini memeluk Islam.

Meski demikian, pernikahan antar-agama di Israel masih banyak ditentang, terutama oleh para pemuka agama Yahudi. Mereka khuatir pernikahan campuran semacam ini akan merendahkan darjat warga Yahudi.

Hal itu membuat banyak pasangan berbeda agama di Israel terpaksa pergi ke luar negera untuk melangsungkan pernikahan mereka.KOMPAS.com
Editor : Ervan Hardoko
Sumber: Reuters 

No comments:

Post a Comment