22 September 2014
Faham ISIS kini lebih popular dibanding Al Qaeda.
PARIS, Komuniti internasional tampak
tidak kompak dalam menyebut nama untuk kaum ekstremis Islam yang sedang
meneror Timur Tengah. Ada yang menyebutnya ISIS, IS, Negara Islam, dan
ISIL. Sekarang, Pemerintah Perancis mengumumkan bahawa negara itu akan
menggunakan nama lain untuk kelompok tersebut, yang dilaporkan telah
membuat marah kelompok itu.
Kementerian Luar Negeri Perancis mengeluarkan sebuah pernyataan pada awal minggu ini yang menyebut kelompok Negara Islam itu (sebagaimana mereka menyebut dirinya) sebagai "Daesh". Julukan baru itu merupakan sebuah transliterasi dari sebuah akronim nama bahasa Arab kelompok itu, yaitu "al-Dawla al-Islamiya fi al-Iraq wa al-Sham". Nama itu juga mirip dengan kata bahasa Arab yang berarti "menginjak-injak".
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius menjelaskan bahawa dia memandang organisasi itu sebagai "kelompok pengganas, bukan negara". "Saya tidak menyarankan untuk menggunakan istilah Negara Islam kerana mengaburkan garis makna antara Islam, Muslim, dan milisi Islam. Orang-orang Arab menyebutnya 'Daesh', dan saya akan menyebut mereka sebagai 'Daesh yang kejam'," kata Fabius sebagaimana dikutip France 24.
Associated Press melaporkan bahawa kelompok ekstremis itu menilai, istilah tersebut tidak sopan.
Banyak organisasi media telah mengadopsi istilah "Negara Islam". Menteri Luar Negeri AS John Kerry sejalan dengan Perancis terkait masalah ini. Pada sidang hari Khamis lalu, Kerry memunculkan istilah baru, yaitu "musuh Islam". "Saya menyebut mereka 'musuh Islam' kerana menurut saya begitulah mereka, dan mereka sama sekali tidak mewakili negara, meskipun mereka mencuba untuk mengklaim begitu," kata Kerry.
Tidak berakhir sampai di situ, sekelompok Muslim di Inggeris telah meminta pemerintah untuk menyebut kelompok itu sebagai "Negara Bukan Islam".
Kementerian Luar Negeri Perancis mengeluarkan sebuah pernyataan pada awal minggu ini yang menyebut kelompok Negara Islam itu (sebagaimana mereka menyebut dirinya) sebagai "Daesh". Julukan baru itu merupakan sebuah transliterasi dari sebuah akronim nama bahasa Arab kelompok itu, yaitu "al-Dawla al-Islamiya fi al-Iraq wa al-Sham". Nama itu juga mirip dengan kata bahasa Arab yang berarti "menginjak-injak".
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius menjelaskan bahawa dia memandang organisasi itu sebagai "kelompok pengganas, bukan negara". "Saya tidak menyarankan untuk menggunakan istilah Negara Islam kerana mengaburkan garis makna antara Islam, Muslim, dan milisi Islam. Orang-orang Arab menyebutnya 'Daesh', dan saya akan menyebut mereka sebagai 'Daesh yang kejam'," kata Fabius sebagaimana dikutip France 24.
Associated Press melaporkan bahawa kelompok ekstremis itu menilai, istilah tersebut tidak sopan.
Banyak organisasi media telah mengadopsi istilah "Negara Islam". Menteri Luar Negeri AS John Kerry sejalan dengan Perancis terkait masalah ini. Pada sidang hari Khamis lalu, Kerry memunculkan istilah baru, yaitu "musuh Islam". "Saya menyebut mereka 'musuh Islam' kerana menurut saya begitulah mereka, dan mereka sama sekali tidak mewakili negara, meskipun mereka mencuba untuk mengklaim begitu," kata Kerry.
Tidak berakhir sampai di situ, sekelompok Muslim di Inggeris telah meminta pemerintah untuk menyebut kelompok itu sebagai "Negara Bukan Islam".
Editor | : Egidius Patnistik |
Sumber | : The Huffington Post/ KOMPAS.com |
No comments:
Post a Comment