Sabtu, 18 Oktober 2014
Foto ini diambil dari video terbaru yang dirilis kelompok Boko Haram.
Dalam foto ini terlihat para wanita, yang disebut Boko Haram adalah
para siswi yang diculik, sedang duduk mengenakan busana Muslim. Boko
Haram mengatakan para siswi itu sudah semuanya memeluk Islam dan tidak
akan dibebaskan hingga pemerintah Nigeria membebaskan anggotanya yang
ditahan.
ABUJA, Pegawai tentera Nigeria
mengatakan, mereka sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan
kelompok militan Islam, Boko Haram, bersamaan dengan pembebasan lebih
dari 200 siswi yang diculik, Jumaat (17/10/2014). Sekretaris Presiden
Nigeria Goodluck Jonathan, yang bernama Hassan Tukur, mengatakan,
kesepakatan tersebut terjadi pada Khamis malam setelah bernegosiasi
selama sebulan dengan utusan kelompok.
"Kami bersetuju pembebasan para siswi dan kami akan menyimpulkannya dalam pertemuan berikutnya dengan utusan kelompok minggu depan di Chad," ujar Tukur.
Jurucakap pemerintah Doyin Okupe tidak memastikan bila para siswi itu dibebaskan. Ia mengatakan, mereka tidak dilepas secara bersamaan, tetapi jumlahnya akan signifikan.
"Sebahagian dari mereka akan segera dibebaskan dan ini diikuti oleh tindakan selanjutnya dari Boko Haram," ujar Okupe.
"Ini merupakan proses... bukan pertanyaan mengenai jam dan harinya," lanjutnya.
Pemerintah Nigeria disebut telah menyetujui beberapa syarat yang dituntut Boko Haram. Namun, Okupe enggan menyebutkan apa saja isi kesepakatan mereka.
"Kami ingin mengakhiri pemberontakan di negeri ini," ucap Okupe. "Boleh dikatakan, ada kedamaian sekarang," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, kelompok teroris menculik sekitar 276 anak perempuan pada bulan April dari sebuah asrama di Chibok, timur laut Nigeria. Puluhan dari mereka melarikan diri, tetapi lebih dari 200 di antaranya masih hilang.
Tukur mengatakan, para pegawai Nigeria telah bertemu dengan Boko Haram di Chad dua kali dalam rundingan yang dimediasi oleh Presiden Chad Idriss Deby.
"Kelompok ini telah menunjukkan kesediaan untuk mematuhi perjanjian yang ditunjukkan dengan melepaskan sandera Tiongkok dan Kamerun beberapa hari lalu," kata Tukur.
Satu sumber yang berbincang dengan CNN bulan lalu mengatakan, para pegawai Pemerintah Nigeria dan Komite Palang Merah Internasional melakukan diskusi dengan Boko Haram mengenai penukaran anggota Boko Haram yang dipenjara dengan 200 siswi Chibok. Namun, masih tidak jelas apakah pertukaran tersebut merupakan kesepakatan yang dimaksud.
"Kami bersetuju pembebasan para siswi dan kami akan menyimpulkannya dalam pertemuan berikutnya dengan utusan kelompok minggu depan di Chad," ujar Tukur.
Jurucakap pemerintah Doyin Okupe tidak memastikan bila para siswi itu dibebaskan. Ia mengatakan, mereka tidak dilepas secara bersamaan, tetapi jumlahnya akan signifikan.
"Sebahagian dari mereka akan segera dibebaskan dan ini diikuti oleh tindakan selanjutnya dari Boko Haram," ujar Okupe.
"Ini merupakan proses... bukan pertanyaan mengenai jam dan harinya," lanjutnya.
Pemerintah Nigeria disebut telah menyetujui beberapa syarat yang dituntut Boko Haram. Namun, Okupe enggan menyebutkan apa saja isi kesepakatan mereka.
"Kami ingin mengakhiri pemberontakan di negeri ini," ucap Okupe. "Boleh dikatakan, ada kedamaian sekarang," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, kelompok teroris menculik sekitar 276 anak perempuan pada bulan April dari sebuah asrama di Chibok, timur laut Nigeria. Puluhan dari mereka melarikan diri, tetapi lebih dari 200 di antaranya masih hilang.
Tukur mengatakan, para pegawai Nigeria telah bertemu dengan Boko Haram di Chad dua kali dalam rundingan yang dimediasi oleh Presiden Chad Idriss Deby.
"Kelompok ini telah menunjukkan kesediaan untuk mematuhi perjanjian yang ditunjukkan dengan melepaskan sandera Tiongkok dan Kamerun beberapa hari lalu," kata Tukur.
Satu sumber yang berbincang dengan CNN bulan lalu mengatakan, para pegawai Pemerintah Nigeria dan Komite Palang Merah Internasional melakukan diskusi dengan Boko Haram mengenai penukaran anggota Boko Haram yang dipenjara dengan 200 siswi Chibok. Namun, masih tidak jelas apakah pertukaran tersebut merupakan kesepakatan yang dimaksud.
Penulis | : Ambaranie Nadia Kemala Movanita |
Editor | : Fidel Ali Permana |
Sumber | : CNN/ KOMPAS.com |
No comments:
Post a Comment