Friday, February 27, 2015

Pakar Bedah Dakwa Cangkok Kepala Manusia (pemindahan kepala) Boleh Terlaksana pada 2017. Bunyinya menakutkan

27/2/15
 
Shutterstock Ilustrasi operasi

ROMA,   Sergio Canavero, seorang doktor di kota Turin, Itali , menyatakan, cangkok kepala manusia sudah boleh dilaksanakan dalam waktu yang tak terlalu lama.

Canavero berharap bolehv membentuk sebuah pasukan doktor untuk mengeksplorasi pembedahan radikal ini dalam sebuah projek ambisius yang akan dilancarkan dalam sebuah pertemuan para pakar bedah saraf di Maryland, AS, pertengahan tahun ini.

Jika pasukan c ini terbentuk, maka langkah ambisius selanjutnya adalah melakukan transplantasi kepala manusia pada 2017.

Selama bertahun-tahun, Canavero mengklaim, ilmu kedoktoran telah mengalami kemajuan pesat hingga mencapai titik yang memungkinkan sebuah pemindahan tubuh secara penuh.

Namun, klaim Canavero ini masih dianggap tak masuk akal, menakutkan, dan tak boleh dipercaya, bahkan oleh sesama doktor bedah.

Kepada majalah New Scientist, Canavero mengatakan, dia ingin melakukan transplantasi tubuh untuk memperpanjang hidup orang-orang yang mengidap penyakit yang tak boleh disembuhkan.

"Jika masyarakat tak menginginkannya, maka saya tak akan melakukannya. Namun jika masyarakat AS atau Eropah tak menginginkannya, bukan berarti rencana ini tak boleh dilakukan di tempat lain," kata Canavero.

Jika masalah teknik terkait cara "memasangkan" kepala manusia hidup ke tubuh yang sudah mati, menghidupkan kembali manusia yang sudah direkonstruksi, serta melatih kembali otak mereka dapat teratasi, maka problem berikutnya adalah masalah etika.

"Penghalang utama adalah masalah etika. Apakah operasi semacam ini boleh dilakukan? Tentu saja banyak orang yang tak akan setuju," kata Canavero.

Dicuba terhadap kera

Idea melakukan transplantasi kepala sudah pernah dicuba. Pada 1970, Robert White memimpin sebuah pasukan di Universiti Case Western, Cleveland, AS, yang mencuba mencangkokkan kepala seekor kera ke tubuh kera lainnya.

Para doktor anggota pasukan itu kemudian terbentur pada masalah pemindahan saraf tulang belakang. Alhasil, kera itu tak boleh menggerakkan badannya.

Sejak saat itu, usaha melakukan transplantasi kepala hampir tak pernah terdengar lagi hingga tahun lalu. Saat itu, para penyelidik   di Universiti Harbin, China, membuat sebuah terobosan dengan menggunakan tikus.

Para doktir di Universiti Harbin berharap dapat menyempurnakan teknik transplantasi mereka sehingga boleh menjadi tonggak dalam sejarah ilmu kedoktoran dan berpotensi menyelamatkan jutaan orang.

Meski Canavero sangat antusias dengan rencananya ini, banyak pakar bedah dan pakar saraf yakin bahawa masalah teknik masih akan menjadi penghalang terjadinya transplantasi kepala manusia dalam waktu dekat.

Salah satu kendalanya, saat ini belum ada yang mengetahui cara menyambungkan kembali saraf tulang belakang dan membuatnya kembali bekerja dengan normal. Jika hal itu dapat dilakukan, maka orang-orang yang lumpuh akibat cedera di saraf tulang belakang seharusnya boleh disembuhkan dan dapat kembali berjalan.

"Tak ada bukti yang menunjukkan bahawa hubungan antara saraf dan otak akan menghasilkan sebuah fungsi motorik setelah transplantasi kepala dilakukan," kata Richard Borgens, Direktur Pusat Riset Kelumpuhan di Universiti Purdue, Indiana, AS.

"Ini adalah sebuah projek yang berlebihan, dan kemungkinan untuk dilaksanakan sangat kecil," ujar Harry Goldsmith, profesor bedah saraf di Universiti California Davis, kepada majalah New Scientist.

Editor : Ervan Hardoko
Sumber: The Guardian/ KOMPAS.com

No comments:

Post a Comment