Saturday, April 18, 2015

Bos di AS rela potong gaji demi naikan gaji pekerjanya

17/4/15

Bos di AS rela potong gaji Rp 13 M agar bonus karyawan naik
Dan Price. ©2015 Merdeka.com
Presiden Pengarah Gravity Payments, Dan Price, dari Kota Seattle, Amerika Syarikat, rela memotong 93 peratus gajinya untuk untuk menampung kesejahteraan  pekerjanya.

Price, memberi kejutan kepada lebih dari 100 pegawainya awal minggu ini, ketika dia mengumumkan siap memotong pendapatannya dari USD 1 juta    setahun, menjadi tinggal USD 70 ribu .

Jatah bayarannya itu akan direalokasi untuk keperluan perusahaannya dan kesejahteraan pegawai. Ini masih ditambah realokasi 80 peratus keuntungan perusahaan untuk pekerja.

Gara-gara kebijakan bosnya itu, beberapa pegawai mengaku dapat kenaikan gaji hingga dua kali ganda. Satu pegawai, seorang ibu muda 21 tahun, langsung merancang beli rumah.

"Saya tidak peduli tentang wang, namun lebih kepada kesejahteraan para pegawai saya. Ketika saya memutuskan memotong pendapatan untuk gaji mereka, itu merupakan fenomena yang luar biasa," ungkap Price, seperti dilansir situs emirates247, (16/4).

Price, yang masih bujang sampai sekarang, mengaku terenyuh mendengar ada pekerja harus pintar-pintar menabung demi menutupi keperluan sehari-hari. Gaji USD 40 ribu   setahun di AS sangat sukar untuk hidup.
"Mengetahui ada yang hidup seperti itu menggerogoti saya dari dalam," kata Price.

Di Amerika Syarikat, muncul kesenjangan gaji yang sangat kentara antara atasan dan bawahan. Riset dari Standard & Poor's menunjukkan level presdir dibayar 354 kali lipat di atas karyawan paling junior.
Kerananya, langkah Price menimbulkan kehebohan, kerana tidak biasanya eksekusif perusahaan bersedia dibayar murah.

Kendati demikian Proffesor David Larcker dari Fakultas Ekonomi, Universiti Stanford, belum tentu kebijakan baik hati seperti yang dilakukan Price bisa menjadi sebuah tren di kalangan bos-bos perusahaan di Amerika
"Cara Price menambah gaji pekerjanya merupakan alternatif yang baik untuk mengatasi kesulitan di sebuah perusahaan," kata Larcker.
Upah minimum di AS sangat jauh dari gaji para bos. Sekadar informasi, pegawai di Kota Washington, yang punya UMR terbesar seantero Amerika, dibayar USD 9.47 per jam.

Price yang memulai usahanya sejak masih kuliah ini, punya alasan tersendiri mengapa bersedia potong gaji demi menambah remunerasi karyawan. Dia ingin agar para pekerja bisa menikmati jatah percutian mereka setelah satu tahun bekerja.
"Menurut saya itu hal yang sepatutnya mereka dapatkan, dan itu membebaskan mereka untuk mencari gaya kerjanya sendiri," ungkapnya.

Bennet (28 tahun) salah satu anak buah Price yang sudah bekerja di perusahaan itu sejak lulus kuliah, bersyukur dengan langkah sang bos. Selama ini dia dibayar USD 43 ribu setahun.

Setelah Price memotong gajinya, gaji Bennet bertambah drastis USD 10 ribu  per bulan, menjadi USD 53 ribu.
Sumber: Merdeka.com

No comments:

Post a Comment