24/4/15
Kementerian Luar Negeri Amerika Syarikat
mencatat Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Bangladesh sebagai empat
negara terbesar dengan catatan tertinggi untuk kes perdagangan
manusia.
Pada 2014, Myanmar bahkan dianggap gagal memangkas tingginya tingkat perdagangan manusia mereka, ungkap Ketua sub-komite Penegakkan HAM IntersaionalMatthew Smith.
Perdagangan manusia ini memakan korban kelompok muslim Rohingya yang mencari suaka dari penyiksaan di Myanmar sejak tiga tahun terakhir. Etnik minoriti Kachin dan Shan terlibat konflik dengan perbatasan China-Myanmar, turut menjadi mangsa kes jenayah yang sama.
Seramai 650 ribu muslim Rohingya yang berada di Myanmar dan Bangladesh mempunyai peluang tertinggi terjebak perniagaan perdagangan manusia tersebut.
Situasi Rohingya semakin tersepit, setelah Bangladesh tidak mau menampung kaum mereka. Demikian pula respon Malaysia atau Thailand di perbatasan terhadap gelombang pelarian dari Myanmar itu.
Seperti dilansir situs Thailand, phuketwan.com, Khamis (23/4), pelaku perdagangan manusia biasanya menipu pelarian Rohingya dengan iming-iming dibantu evakuasi ke Bangladesh atau malaysia. Akhirnya, mereka malah diperhambakan di kapal ikan tanpa bayaran sepatutunya, menyerupai budak.
"Perdagangan manusia adalah perniagaan besar yang masif dan mereka yang terlibat didalamnya boleh kaya sekejap dengan daliy perlindungan pencarian suaka," ungkap Smith.
Sejak 2012 lalu, pemerintah Myanmar dan Thailand dinilai membiarkan perniagaan tersebut. Perdagangan manusia ini ditaksir menghasilkan keuntungan USD 250 juta.
"Jika pemerintah AS ingin benar memberhentikan perdagangan manusia ini maka standarisasi perlinduhngan di negara itu harus dipertegas," tegasnya.
Pada 2014, Myanmar bahkan dianggap gagal memangkas tingginya tingkat perdagangan manusia mereka, ungkap Ketua sub-komite Penegakkan HAM IntersaionalMatthew Smith.
Perdagangan manusia ini memakan korban kelompok muslim Rohingya yang mencari suaka dari penyiksaan di Myanmar sejak tiga tahun terakhir. Etnik minoriti Kachin dan Shan terlibat konflik dengan perbatasan China-Myanmar, turut menjadi mangsa kes jenayah yang sama.
Seramai 650 ribu muslim Rohingya yang berada di Myanmar dan Bangladesh mempunyai peluang tertinggi terjebak perniagaan perdagangan manusia tersebut.
Situasi Rohingya semakin tersepit, setelah Bangladesh tidak mau menampung kaum mereka. Demikian pula respon Malaysia atau Thailand di perbatasan terhadap gelombang pelarian dari Myanmar itu.
Seperti dilansir situs Thailand, phuketwan.com, Khamis (23/4), pelaku perdagangan manusia biasanya menipu pelarian Rohingya dengan iming-iming dibantu evakuasi ke Bangladesh atau malaysia. Akhirnya, mereka malah diperhambakan di kapal ikan tanpa bayaran sepatutunya, menyerupai budak.
"Perdagangan manusia adalah perniagaan besar yang masif dan mereka yang terlibat didalamnya boleh kaya sekejap dengan daliy perlindungan pencarian suaka," ungkap Smith.
Sejak 2012 lalu, pemerintah Myanmar dan Thailand dinilai membiarkan perniagaan tersebut. Perdagangan manusia ini ditaksir menghasilkan keuntungan USD 250 juta.
"Jika pemerintah AS ingin benar memberhentikan perdagangan manusia ini maka standarisasi perlinduhngan di negara itu harus dipertegas," tegasnya.
No comments:
Post a Comment