Sabtu 05 Dec 2015 Youtube
Foto: REUTERS/Ministry of Defence of the Russian Federation/Handout via Reuters
Raghat adalah gadis kecil berusia lima tahun. Kegemarannya menyanyi, mengecat kuku, menggoda saudara perempuannya yang masih bayi, menyukai huruf-huruf alfabet yang dipelajarinya di kamarnya,
dan bermain dengan kameranya.
Di foto terakhirnya, yang diambil sepuluh minit sebelum bom Rusia jatuh di bumi Syria, dia sedang mempamerkan gelang baru dan kukunya yang baru dicat kemudian mencium adik kecilnya.
"Aku baru saja membawa kembali anakku dari Syria enam hari yang lalu," tutur ibunya, Suheer yang telah mengungsi dari Syria, seperti dikutip The Guardian, Sabtu (5/12/2015).
Di foto terakhirnya, yang diambil sepuluh minit sebelum bom Rusia jatuh di bumi Syria, dia sedang mempamerkan gelang baru dan kukunya yang baru dicat kemudian mencium adik kecilnya.
"Aku baru saja membawa kembali anakku dari Syria enam hari yang lalu," tutur ibunya, Suheer yang telah mengungsi dari Syria, seperti dikutip The Guardian, Sabtu (5/12/2015).
Foto: Raghat (Dok. keluarga/The Guardian)
|
Suheer bercerita sambil melirik ke video
di telepon pintarnya, membawa bayangan Raghat sejenak kembali hidup.
Anak laki-lakinya Hossein (4), menyandarkan diri untuk menghapus air
mata ibunya. Ia terlalu muda untuk memahami kepergiaan kakaknya. Hossein lalu menghibur ibunya dengan suara lembut "Mummy,
no, mummy,".
Raghat sekarang terbaring berbatu-batu jauhnya, di antara perbatasan antara Turki dan Syria. Raghat dimakamkan di kota Habeet, dekat Idlib, di mana dia meninggal di bulan Oktober bersama datuk dan sepupunya Ahmad.
Ketika serangan selesai, Raghat ditemui dalam dekapan Ahmad, sepupu yang merupakan seorang guru matematik berusia 28 tahun. Dia telah berusaha menyelamatkan Raghat ke tempat selamat ketika bom pertama dijatuhkan.
Mereka membuat lubang kecil untuk berlindung di taman, tapi sebutir bom jatuh di samping pintu masuk dan tubuh Ahmad tidak cukup kuat untuk menjadi perisai. Raghat selamat di ledakan pertama, tapi meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
"Kami seharusnya pulang ke rumah keesokan harinya. Suamiku tidak akan melihat puterinya lagi," ujar Suheer.
Keluarga ini adalah satu dari ratusan keluarga yang terpisah lebih dari dua bulan lamanya sejak serangan bom Rusia untuk melawan pemberontak Presiden Bashar al-Assad. Di mana antara korban dan pejuang mengatakan telah jauh menyimpang dari garis depan.
Koalisi serangan udara yang dipimpin oleh Amerika Syarikat juga telah membunuh ramai penduduk awam dengan dalih menghancurkan ISIS.
Raghat sekarang terbaring berbatu-batu jauhnya, di antara perbatasan antara Turki dan Syria. Raghat dimakamkan di kota Habeet, dekat Idlib, di mana dia meninggal di bulan Oktober bersama datuk dan sepupunya Ahmad.
Ketika serangan selesai, Raghat ditemui dalam dekapan Ahmad, sepupu yang merupakan seorang guru matematik berusia 28 tahun. Dia telah berusaha menyelamatkan Raghat ke tempat selamat ketika bom pertama dijatuhkan.
Mereka membuat lubang kecil untuk berlindung di taman, tapi sebutir bom jatuh di samping pintu masuk dan tubuh Ahmad tidak cukup kuat untuk menjadi perisai. Raghat selamat di ledakan pertama, tapi meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
"Kami seharusnya pulang ke rumah keesokan harinya. Suamiku tidak akan melihat puterinya lagi," ujar Suheer.
Keluarga ini adalah satu dari ratusan keluarga yang terpisah lebih dari dua bulan lamanya sejak serangan bom Rusia untuk melawan pemberontak Presiden Bashar al-Assad. Di mana antara korban dan pejuang mengatakan telah jauh menyimpang dari garis depan.
Koalisi serangan udara yang dipimpin oleh Amerika Syarikat juga telah membunuh ramai penduduk awam dengan dalih menghancurkan ISIS.
Dampak serangan Rusia di Syria (Khalil Ashawi/Reuters)
|
Syria mengatakan bahawa Rusia tidak hanya sembrono memilih sasaran, tapi tampak sengaja mengebom beberapa daerah awam
Komandan wilayah setempat percaya jet Sukhoi yang terbang dari pangkalan baru di pesisir Latakia, menyasar rumah-rumah dalam operasi militer yang disengaja untuk melemahkan semangat pejuang dan mengosongkan penduduk dikawasan perkampungan .
"Mereka mensasarkan penduduk awam di malam hari, dan paling banyak di garis depan sepanjang hari," ujar Komandan pemberontak Turkmen, Abu Hussain.
Menurut Abu, serangan itu disebabkan mereka tidak mau merakam pengeboman jet di malam hari, sehingga akan sukar menunjukkan identiti mereka.
Gambaran itu sesuai dengan cerita serangan udara di rumah Raghat, di mana saudara laki-lakinya mengatakan peristiwa itu mulai setelah pukul 21.00 pada 1 Oktober lalu. Dalam foto terakhirnya, Raghat memegang obor yang menyala dan video diambil setelah bom mengeluarkan nyala api yang besar menembus rumah di gelapnya malam.
Di bulan Oktober itu, serangan udara Rusia telah membunuh sedikitnya 295 warga Syria. Data ini didapatkan dari kelompok Airwars yang memiliki jaringan wartawan dalam negeri dan membuat database dari kumpulan foto, video, berita dan biografi dari korban yang meninggal.
"Kami fikir alasan utama mengapa jumlah korban sangat ramai adalah jenis dari amunisi yang digunakan Rusia. kebanyakan menggunakan 'bom dungu' yang seringkali bermakna banyaknya kematian warga awam," ujar Chris Woods, seorang peneliti Airwars.
Presiden Vladimir Putin mendakwa para pejuangnya akan mensasarkan "kelompok teroris", dan rumah keluarga mereka lebih dari 60 batu (97 KM) dari pasukan ISIS terdekat.
Meski itu menjadi jelas bahawa pesawat Rusia lebih fokus untuk mensasarkan lawan Presiden Assad dibanding ISIS, garis depan masih beberapa batu jauhnya. Perlu beberapa hari bagi warga awam untuk menyedari bahawa mereka menjadi sasaran bom, kerana kebingungan tentang sasaran dan lambatnya sedikit berita yang boleh diandalkan dari Syria.
"Sudah 48 hari sejak serangan dan tidak ada yang membahas hal ini," ujar seorang doktor Abu Hamza Suleiyman di Rumah Sakit Syria dekat kota Jisr al-Sughur, wilayah lain yang juga menjadi sasaran pengeboman Rusia.
"Hampir tidak ada penduduk yang meninggalkan rumah mereka kerana Rusia mengebom hampir seluruh desa," tuturnya.
Abu menyayangkan serangan ini, ia sangka yang serangan dilakukan di garis depan. Nyatanya baru saja bom jatuh di luar rumah sakit bersalin.
"Ini merupakan pengalaman terburuk dalam empat tahun terakhir. Aku berasal dari desa kecil di pergunungan ini dan bertahun-tahun lamanya tidak pernah ada bom di sini, tapi ketika Rusia mengebom mereka melakukannya hampir setiap hari," keluhnya.
Pembunuhan dan penyerangan terhadap penduduk awam Syria itu menyulut perlawanan rakyat sejak lama yang oleh media barat mereka disebut sebagai pemberontak. Pejuang Anti-Assad membalas dan bersekutu dengan kekuatan oposisi yang memiliki perbekalan lengkap.
"ISIS sangat tidak baik, tapi banyak orang berfikir mereka melakukan hal yang benar dengan melawan sebuah rejim," ujar kakak tertua Raghat, Ali.
Ali sekarang berjuang bersama Free Syrian Army atau Pasukan Pembebasan Syria di mana dua adik laki-lakinya juga ingin bergabung dengan dia di garis depan untuk membalaskan dendam keluarga mereka.
Ali yang waktu itu tidak berada di rumah ketika terjadi serangan, khuatir jika keluarga lainnya akan mencari solusi yang lebih radikal. "Tidak ada ISIS sama sekali di wilayah kami, tapi akan 'ada' segera," ujarnya.
Raghat meninggal dengan baju barunya dan sepasang gelang manik-manik pemberian ibu saudara kesayangannya Rasmea. Rasmea mengenang hari itu ketika dia dan Raghat pergi berbelanja, pulang ke rumah dan berfoto bersama.
"Mengapa Rusia mengebom orang Syria, apa yang yang telah kami lakukan?" ujar Rasmea berlinang air mata.
"Kami ingin orang-orang tahu apa yang terjadi di Syria, tolong beritahu seluruh seluruh dunia," pintanya kelu.
Komandan wilayah setempat percaya jet Sukhoi yang terbang dari pangkalan baru di pesisir Latakia, menyasar rumah-rumah dalam operasi militer yang disengaja untuk melemahkan semangat pejuang dan mengosongkan penduduk dikawasan perkampungan .
"Mereka mensasarkan penduduk awam di malam hari, dan paling banyak di garis depan sepanjang hari," ujar Komandan pemberontak Turkmen, Abu Hussain.
Menurut Abu, serangan itu disebabkan mereka tidak mau merakam pengeboman jet di malam hari, sehingga akan sukar menunjukkan identiti mereka.
Gambaran itu sesuai dengan cerita serangan udara di rumah Raghat, di mana saudara laki-lakinya mengatakan peristiwa itu mulai setelah pukul 21.00 pada 1 Oktober lalu. Dalam foto terakhirnya, Raghat memegang obor yang menyala dan video diambil setelah bom mengeluarkan nyala api yang besar menembus rumah di gelapnya malam.
Di bulan Oktober itu, serangan udara Rusia telah membunuh sedikitnya 295 warga Syria. Data ini didapatkan dari kelompok Airwars yang memiliki jaringan wartawan dalam negeri dan membuat database dari kumpulan foto, video, berita dan biografi dari korban yang meninggal.
"Kami fikir alasan utama mengapa jumlah korban sangat ramai adalah jenis dari amunisi yang digunakan Rusia. kebanyakan menggunakan 'bom dungu' yang seringkali bermakna banyaknya kematian warga awam," ujar Chris Woods, seorang peneliti Airwars.
Presiden Vladimir Putin mendakwa para pejuangnya akan mensasarkan "kelompok teroris", dan rumah keluarga mereka lebih dari 60 batu (97 KM) dari pasukan ISIS terdekat.
Meski itu menjadi jelas bahawa pesawat Rusia lebih fokus untuk mensasarkan lawan Presiden Assad dibanding ISIS, garis depan masih beberapa batu jauhnya. Perlu beberapa hari bagi warga awam untuk menyedari bahawa mereka menjadi sasaran bom, kerana kebingungan tentang sasaran dan lambatnya sedikit berita yang boleh diandalkan dari Syria.
"Sudah 48 hari sejak serangan dan tidak ada yang membahas hal ini," ujar seorang doktor Abu Hamza Suleiyman di Rumah Sakit Syria dekat kota Jisr al-Sughur, wilayah lain yang juga menjadi sasaran pengeboman Rusia.
"Hampir tidak ada penduduk yang meninggalkan rumah mereka kerana Rusia mengebom hampir seluruh desa," tuturnya.
Abu menyayangkan serangan ini, ia sangka yang serangan dilakukan di garis depan. Nyatanya baru saja bom jatuh di luar rumah sakit bersalin.
"Ini merupakan pengalaman terburuk dalam empat tahun terakhir. Aku berasal dari desa kecil di pergunungan ini dan bertahun-tahun lamanya tidak pernah ada bom di sini, tapi ketika Rusia mengebom mereka melakukannya hampir setiap hari," keluhnya.
Pembunuhan dan penyerangan terhadap penduduk awam Syria itu menyulut perlawanan rakyat sejak lama yang oleh media barat mereka disebut sebagai pemberontak. Pejuang Anti-Assad membalas dan bersekutu dengan kekuatan oposisi yang memiliki perbekalan lengkap.
"ISIS sangat tidak baik, tapi banyak orang berfikir mereka melakukan hal yang benar dengan melawan sebuah rejim," ujar kakak tertua Raghat, Ali.
Ali sekarang berjuang bersama Free Syrian Army atau Pasukan Pembebasan Syria di mana dua adik laki-lakinya juga ingin bergabung dengan dia di garis depan untuk membalaskan dendam keluarga mereka.
Ali yang waktu itu tidak berada di rumah ketika terjadi serangan, khuatir jika keluarga lainnya akan mencari solusi yang lebih radikal. "Tidak ada ISIS sama sekali di wilayah kami, tapi akan 'ada' segera," ujarnya.
Raghat meninggal dengan baju barunya dan sepasang gelang manik-manik pemberian ibu saudara kesayangannya Rasmea. Rasmea mengenang hari itu ketika dia dan Raghat pergi berbelanja, pulang ke rumah dan berfoto bersama.
"Mengapa Rusia mengebom orang Syria, apa yang yang telah kami lakukan?" ujar Rasmea berlinang air mata.
"Kami ingin orang-orang tahu apa yang terjadi di Syria, tolong beritahu seluruh seluruh dunia," pintanya kelu.
Foto: Bom Rusia untuk Syria (Reuters)
Sumber: Youtube /The Guardian /Reuters /detikNews
No comments:
Post a Comment