Sunday, July 3, 2016

“Pembunuh Non-Muslim Takkan Cium Harum Syurga ”: Ulamak Banglades

3/7/16

 
Reuters - Seorang anggota polis  Banglades menderita luka tembak ketika mendobrak masuk ke sebuah kafe di ibu kota Dhaka, Sabtu (2/7/2016), untuk membebaskan sejumlah orang yang diculik sekelompok penyerang sejak Jumaat malam.
DHAKA   –  Sejumlah ilmuwan Islam di Banglades mengutuk keras serangan pengganas di Dhaka yang menyebabkan lebih dari 20 orang terbunuh, Jumaat (1/7/2017) malam.

Menurut para ilmuwan Islam di negera itu, menyerang warga non-Muslim bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Dalam pidatonya Sabtu petang (2/7/2016), Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina menyebut para penyerang itu “tidak Islamik”, seperti dilaporkan Voice of America.

Sejumlah militan menyerbu restoran Holey Artisan Bakery,  Jumaat malam sambil meneriakkan “Allahu Akbar”.

Penyerang juga menembakkan senjata api, sambil menculik  beberapa orang.
Pasukan Banglades menyerbu restoran itu setelah negosiasi gagal dan terjadi baku tembak lebih dari 10 jam dan menyelamatkan 13 orang sandera.

Ketika penculikan berakhir, pihak keselamatan menemui 20 korban warga awam, sebahagian besar warga asing,  yang dibacok hingga mati oleh para penyerang. Selain itu dua polis  juga terbunuh.
Di antara korban maut itu sembilan warga Itali , tujuh warga Jepun, dan satu warga India.

Enam penyerang terbunuh sementara satu lainnya berhasil ditangkap. Sehingga total korban kematian sekitar 28 orang.
Pihak keselamatan yakin sebahagian besar korban dibunuh beberapa jam setelah penculikan terjadi.

Beberapa yang selamat melaporkan, para militan membunuh hanya sandera yang tidak boleh membaca ayat Al Quran.
Para pemuka dan ulama Islam mengecam sekarang di Dhalka.
Ulama terkemuka Banglades, Maulana Fariduddin Masoud, yang juga pemimpin  Jamiatul Ulama Banglades (BJU) – suatu badan yang mengayomi para ilmuwan Islam di Banglades – mengecam pembunuhan tersebut.

Masoud mengatakan, pembunuhan orang yang tidak berdosa oleh para tersangka Islamis itu merupakan tindakan barbar. Militan yang mensasar non-Muslim adalah antitesa atas ajaran Islam.
“Mereka yang membunuh warga non-Muslim yang hidup dalam masyarakat mayoriti Islam tidak akan mencium harum syurga, apalagi masuk yurga,” katanya.

Ulama besar itu juga mengatakan, “Menyerang warga non-Muslim adalah tindakan terlarang atau haram dan di mata Islam merupakan tindakan yang tidak diperkenankan.”
Masoud mengatakan, “Darah, kehormatan, dan kekayaan mereka sama sucinya dengan warga Muslim”.

Bulan lalu menurut Masoud, BJU mengeluarkan fatwa yang ditandatangani oleh lebih dari 100,000 ilmuwan Islam, pakar hukum, dan ulama.
Para ilmuwan itu mengecam terhadap teroris dan militansi, khususnya serangan berdarah terhadap warga non-Muslim.
“Menurut Nabi Muhammad SAW, tindakan-tindakan semacam itu layak mendapat hukuman berat,” ujar Masoud kepada Voice of America.

Ditambahkannya, pembantaian di restoran di Dhaka, Banglades terjadi pada malam Lailatul Qadar atau Malam Kemuliaan, saat itu setiap warga Muslim seharusnya menghabiskan seluruh malam untuk menyembah Allah SWT.
“Pada malam suci itu, para militan justru meninggalkan shalat wajib dan membantai orang-orang tidak berdosa," ujar Masoud.

"Dengan melakukan kejahatan mengerikan itu, mereka ingin membuktikan bahwa mereka berjuang bagi Islam, tetapi justru (sebaliknya) menjadi musuh Islam,” tambah Masoud.
Dalam serangan di Dhaka itu para militan membunuh sembilan perempuan dan seorang anak.

Penasehat hukum BJU, Mufti Junud Uddin Maktum, mengatakan, bahkan dalam perang sekalipun, membunuh mereka yang tidak terlibat dalam perang – termasuk perempuan, anak-anak dan lansia, benar-benar dilarang dalam Islam.
Sumber/ KOMPAS.com
Editor : Pascal S Bin Saju
Sumber: VOA Indonesia/Associated Press,

No comments:

Post a Comment