Saturday, October 29, 2016

Remaja Tembak 11 Teman dan Guru kerana menghina telinganya besar

  29/10/16

Garis polisi di lokasi penembakan massal di La Loche. (Foto: AP)
Garis polis di lokasi penembakan massal di La Loche. (Foto: AP)

LA LOCHE – Seorang remaja di Kanada yang tidak disebutkan namanya, melakukan penembakan brutal terhadap paling sedikit  11 orang. Dipercayai, aksi tersebut dipicu oleh seringnya dia menjadi mangsa perundungan (bully).

Ketika diminta untuk mendeskripsikan perangai pelaku, temannya menyebut dia sebagai kambing hitam alias orang yang sering disalahkan dalam keluarganya. Ada juga teman sebayanya yang menceritakan, yang pemuda itu sering dihina kerana telinga besarnya.

Insiden ini terjadi pada 22 Januari 2016. Namun persidangan dan penyiasatan masih berlangsung. Baru-baru ini, pemuda itu mengaku telah membunuh, antara lain dua guru di sekolahnya di La Loche, utara Saskatchewan, dan dua adik beradik, Drayden (13) dan Dayne (17) Fontaine di Dene. Ia juga terlibat dalam usaha pembunuhan terhadap tujuh temannya yang selamat dari maut.

Sedikitnya ada dua pasal yang dijatuhkan padanya. Pasal pembunuhan tingkat pertama, untuk dua pembunuhan terancang terhadap gurunya. Dan pasal pembunuhan tingkat kedua, atau yang tidak dirancang terhadap dua adik beradik Fontaine.

Hakim Mahkamah Provinsi, Janet McIvor menyampaikan, ketika ini majlis persidangan masih perlu waktu untuk menentukan perihal hukuman yang layak dijatuhkan kepada pelaku. Maksudnya, apakah akan mengenakan sanksi pidana untuk anak di bawah umur atau orang dewasa.

Hukuman maksima  untuk remaja yang terbukti melakukan pembunuhan terancang adalah 10 tahun kurungan penjara. Sementara jika dia dikenai pasal pembunuhan tingkat satu untuk orang dewasa, hukuman maksimanya adalah penjara seumur hidup.

“Saya tidak perlu mengatakannya pun, semua orang tahu bahwa kes ini sangat serius, sangat tragis. Terutama untuk setiap orang yang terlibat di dalamnya,” kata McIvor, seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (29/10/2016).

Polis juga sedang menunggu hasil pemeriksaan kejiwaan dari psikiater setempat. Mengenai kejiwaan pelaku, dua korban selamat, Phyllis Longobardi dan Charlene Klyne yakin terdakwa melakukannya secara sedar. Mereka meminta pelaku dihukum dengan standard pesalah dewasa.
“Ketika dia berdiri di pintu dan melihat ke arah saya, saya yakin dia sepenuhnya tahu apa yang dia lakukan,” ucap Klyne.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengunjungi warga korban penembakan massal di La Loche. Dia membawa bunga dan memeluk keluarga korban.

Penembakan massal faktanya amat jarang terjadi di Kanada. Sebagaimana negara ini memiliki sistem perbatasan kepemilikan senjata yang jauh lebih ketat daripada di Amerika Syarikat. Dengan demikian, penembakan brutal di sekolah bahagian barat Kanada ini menjadi yang paling mematikan selama lebih dari dua dekade terakhir.

Sebelumnya, penembakan tergila pernah meneror Ecole Polytechnique University di Montreal oada 1989. Korban maut  mencapai 15 orang dan yang cedera hanya selisih satu lebih sedikit.

No comments:

Post a Comment